Krisis Kelaparan Akut Melanda Gaza, Bantuan Terhambat

Gaza menghadapi bencana kemanusiaan yang semakin parah. Kondisi kelaparan akut terus menghantui lebih dari dua juta penduduk. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menerima laporan memilukan dari staf mereka di lapangan mengenai kelaparan yang meluas.

Kekurangan pangan dan kebutuhan dasar lainnya semakin memburuk. Para dokter, tim penyelamat, dan organisasi medis seperti Doctors Without Borders (MSF) melaporkan peningkatan drastis kasus gizi buruk dalam beberapa hari terakhir.

UNRWA menyampaikan melalui media sosial bahwa kelangkaan ekstrem di wilayah tersebut telah menyebabkan harga bahan makanan melonjak hingga 40 kali lipat. Ironisnya, bantuan kemanusiaan yang tersimpan di luar Gaza sebenarnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk selama lebih dari tiga bulan.

UNRWA menegaskan bahwa penderitaan di Gaza adalah akibat tindakan manusia dan mendesak penghentiannya. Mereka menyerukan pencabutan blokade dan dibukanya akses bantuan secara aman dan dalam skala besar.

Setelah gagalnya perpanjangan gencatan senjata enam minggu, Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza pada 2 Maret, menghentikan semua pasokan. Meskipun truk bantuan secara bertahap diizinkan masuk pada akhir Mei, dampaknya belum signifikan.

Tim penyelamat melaporkan setidaknya tiga bayi meninggal dunia akibat kelaparan parah dan malnutrisi dalam sepekan terakhir. Data menyebutkan, 18 bayi dilaporkan meninggal karena kelaparan dalam waktu 24 jam.

Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, Mohammed Abu Salmiya, mengungkapkan bahwa bayi di bawah usia satu tahun menderita kekurangan ASI, menyebabkan penurunan berat badan drastis dan melemahnya sistem kekebalan tubuh, membuat mereka rentan terhadap penyakit.

Serangan militer Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 59.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, kehilangan nyawa. Data ini berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan setempat.

Scroll to Top