Telkom Indonesia ($TLKM) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun pada kuartal keempat 2024, meningkat 18% dari tahun sebelumnya dan 1% dari kuartal sebelumnya. Secara keseluruhan, laba bersih sepanjang tahun 2024 mencapai Rp 23,6 triliun, sedikit di bawah (-4% YoY), tapi masih sesuai dengan proyeksi.
Jumlah Pelanggan Stabil, Pendapatan Per Pengguna Meningkat
Telkom mencatat 159,4 juta pelanggan seluler di kuartal keempat 2024, relatif stabil dari tahun sebelumnya. Rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) mencapai Rp 44 ribu. Meskipun masih lebih rendah dari tahun lalu, angka ini menunjukkan pertumbuhan kuartalan pertama sejak penurunan yang dimulai pada kuartal kedua 2023. Kenaikan ARPU ini menjadi angin segar bagi industri telekomunikasi di tengah sengitnya persaingan harga.
Jumlah pelanggan broadband meningkat, namun ARPU turun menjadi Rp 233 ribu. Penurunan ini diduga terkait dengan strategi fixed mobile convergence (FMC) dan persaingan harga di segmen fixed broadband.
Laba Usaha Tertekan Biaya Pemasaran
Laba usaha Telkom di kuartal keempat turun menjadi Rp 10 triliun, terutama karena peningkatan biaya pemasaran menjadi Rp 1,3 triliun, akibat program loyalitas pelanggan. Laba usaha selama 2024 mencapai Rp 42,4 triliun, sedikit di bawah ekspektasi.
Telkom juga mencatatkan keuntungan dari perubahan nilai wajar investasi sebesar Rp 664 miliar di kuartal keempat, sehingga total keuntungan dari pos ini selama 2024 menjadi Rp 188 miliar.
Potensi Dividen Menarik
Dengan asumsi rasio pembayaran dividen sekitar 70-80%, Telkom berpotensi membagikan dividen tahun buku 2024 sekitar Rp 167-191 per saham, setara dengan imbal hasil dividen sekitar 6,5-7,4% berdasarkan harga saham pada Senin, 21 April di level Rp 2.570 per lembar. RUPS untuk penetapan dividen akan digelar pada 27 Mei 2025.
Target Realistis di Tengah Tantangan
Manajemen Telkom menargetkan pertumbuhan pendapatan single digit rendah pada 2025, dengan margin EBITDA sekitar 50-52% dan capex-to-sales sekitar 17-19%. Target ini dinilai realistis mengingat kondisi industri dan daya beli masyarakat saat ini.
Indosat ($ISAT) menargetkan pertumbuhan pendapatan yang lebih baik dari pasar, peningkatan margin EBITDA, dan capex sebesar Rp 13 triliun.
Target dari Telkom dan Indosat sejalan dengan ekspektasi konsensus yang memperkirakan pertumbuhan pendapatan single digit rendah dan peningkatan margin EBITDA untuk kedua perusahaan.
Industri Telekomunikasi Menuju Pemulihan
Konsolidasi operator telekomunikasi dan pertumbuhan ARPU Telkom secara kuartalan menjadi sinyal bahwa industri ini akan menuju arah yang lebih positif (worst is over).
Sekilas Performa Emiten Lain
- $CTRA: Marketing sales turun 5% YoY pada kuartal pertama 2025, mencapai 29% dari target tahunan.
- $ACES: Same store sales growth (SSSG) naik 8,6% YoY pada Maret 2025, sehingga SSSG kuartal pertama tumbuh 2,2% YoY.
- $MAPI: SSSG stagnan pada kuartal keempat 2024, membuat SSSG selama 2024 hanya tumbuh 0,1% YoY.
- $CMRY: Akan membagikan dividen Rp 150 per saham, setara dividend yield 3,6%.
- $ADHI: Nilai kontrak baru turun 64% YoY pada kuartal pertama 2025, baru memenuhi sekitar 7,1-8% dari target tahunan.
- $EXCL: Pemerintah mewajibkan untuk membangun 8.000 BTS baru dalam 2 tahun.
- $PTRO: Akan membagikan dividen Rp 16,36 per saham, setara dividend yield 0,7%.
Sentimen Pasar dan Ekonomi
- Indeks dolar AS (DXY) melemah ke titik terendahnya sejak Maret 2022.
- Indonesia dan AS berencana merampungkan negosiasi kemitraan perdagangan dan investasi dalam 60 hari.
- China dan Indonesia harus menentang segala bentuk unilateralisme dan proteksionisme perdagangan.
- China memperingatkan negara lain agar tidak mencapai kesepakatan ekonomi yang lebih luas dengan AS.
- Surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025.
- Bank Indonesia terbuka untuk menjalin kerja sama dengan negara manapun dalam penggunaan QRIS.
- Konsorsium yang dipimpin LG mundur dari proyek rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia.
- Paus Fransiskus meninggal dunia.