Harga Emas Dunia Sentuh Level Tertinggi Lima Minggu, Dolar AS Melemah Jadi Pemicu Utama

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas global mengalami lonjakan signifikan, mencapai titik tertinggi dalam lima minggu terakhir. Pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan penurunan imbal hasil obligasi menjadi faktor pendorong utama di tengah ketidakpastian global mengenai kesepakatan perdagangan. Kondisi ini meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Pada perdagangan sebelumnya, harga emas melonjak 1,38% ke level US$3.395,32 per troy ons. Bahkan sempat menyentuh level psikologis US$3.400 per troy ons, menandai penguatan selama dua hari berturut-turut. Penutupan harga ini menjadi yang tertinggi sejak 13 Juni 2025.

Pada perdagangan hari ini, harga emas di pasar spot sedikit terkoreksi 0,03% menjadi US$3.394,3 per troy ons.

Kenaikan harga emas lebih dari 1% pada perdagangan sebelumnya dipicu oleh melemahnya dolar AS dan imbal hasil obligasi AS. Ketidakpastian menjelang tenggat waktu 1 Agustus bagi negara-negara untuk mencapai kesepakatan dagang dengan AS atau menghadapi tarif tambahan semakin memperkuat tren ini.

Indeks dolar AS (DXY) merosot 0,64% ke level 97,85. Dolar yang lebih lemah membuat emas yang berdenominasi dolar menjadi lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun juga turun 1,38% ke level 4,37%, terendah dalam lebih dari seminggu.

Ketidakpastian di pasar, didorong oleh tenggat waktu perdagangan 1 Agustus, memberikan dukungan signifikan bagi harga emas.

Uni Eropa sedang mempertimbangkan langkah-langkah balasan terhadap AS karena prospek perjanjian perdagangan yang memuaskan dengan Washington semakin suram.

Pasar juga memperkirakan peluang penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) sebesar 59% pada bulan September. Isu evaluasi terhadap The Fed sebagai sebuah institusi dan spekulasi penggantian Ketua The Fed Jerome Powell menambah kekhawatiran pasar.

Emas dianggap sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian dan cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.

Meskipun impor emas oleh China, konsumen emas terbesar dunia, mencapai titik terendah sejak Januari, hal ini tidak menghalangi kenaikan harga emas.

Perhatian pasar saat ini tertuju pada pidato Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell, dalam acara European Central Bank Forum on Central Banking 2025 di Sintra, Portugal. Pelaku pasar menantikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter di masa depan, terutama dalam merespons dinamika baru seperti kebijakan tarif resiprokal.

Fokus utama adalah pada kemungkinan perubahan suku bunga acuan menjelang pertemuan FOMC pada 29-30 Juli 2025. Pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada kisaran 4,25%-4,5% pada bulan ini, dan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali lagi pada pertemuan September dan Desember, sehingga suku bunga acuan AS diproyeksikan berada di kisaran 3,75%-4% pada akhir 2025.

Scroll to Top