Garuda Indonesia di Persimpangan: Antara Pesawat Boeing dan Suntikan Dana

Masa depan maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia, masih menjadi sorotan. Pembelian 50 unit pesawat Boeing, yang diharapkan menjadi bagian dari kesepakatan tarif ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, belum menemui titik final. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa proses negosiasi masih berlangsung antara Garuda dan Boeing. Meski Garuda telah memberikan uang muka, kesepakatan akhir belum tercapai.

Di sisi lain, angin segar berhembus bagi Garuda Indonesia. Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), melalui PT Danantara Asset Management, memberikan pinjaman dana sebesar US$405 juta, atau setara dengan Rp 6,65 triliun. Dana ini akan digunakan untuk mendukung transformasi pengelolaan portofolio strategis Garuda, termasuk pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (MRO) pesawat.

Secara keseluruhan, dukungan pendanaan dari Danantara mencapai US$1 miliar atau Rp 16 triliun. Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, mengungkapkan bahwa suntikan dana ini diharapkan dapat memulihkan kinerja perusahaan, meningkatkan kepercayaan pasar, dan memperkuat daya saing Garuda. Integrasi teknologi juga menjadi fokus untuk mendorong efisiensi dan produktivitas operasional.

Langkah optimalisasi kinerja operasional dan keuangan akan menyusul dukungan pembiayaan ini. Di tengah pemulihan lalu lintas udara di Asia dan Pasifik, proyeksi pertumbuhan lalu lintas udara di Indonesia mencapai rata-rata 8% dalam empat tahun ke depan.

Garuda Indonesia Group berencana untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama di pasar transportasi udara domestik dan internasional. Diproyeksikan, Garuda Indonesia akan mengoperasikan sekitar 120 pesawat dalam lima tahun ke depan. Kemitraan dengan Danantara diharapkan dapat mempercepat akselerasi kinerja Garuda sebagai maskapai penerbangan nasional yang kuat dan berdaya saing tinggi.

Scroll to Top