Masuknya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) sebagai motor penggerak proyek strategis nasional di sektor energi membuka lembaran baru bagi sejumlah emiten, khususnya yang bergerak di bidang Energi Baru Terbarukan (EBT). Langkah ini sejalan dengan ambisi pemerintah untuk mencapai swasembada energi, menjadikan investasi Danantara pada sektor mineral dan energi sebagai prioritas utama dalam enam bulan mendatang. Kolaborasi erat dengan Pertamina menjadi kunci untuk mewujudkan target tersebut.
Beberapa emiten EBT diprediksi akan merasakan dampak positif dari inisiatif ini. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) diperkirakan akan menjadi bintang utama dalam pengembangan geothermal nasional dan EBT secara keseluruhan.
PGEO: Katalis Percepatan Hilirisasi Energi
PGEO dan Danantara telah merencanakan penandatanganan Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) terkait proyek investasi prioritas negara. Kemitraan ini diharapkan dapat menjadi katalis bagi percepatan hilirisasi energi dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau di tingkat nasional. Prospek PGEO semakin cerah dengan proyeksi laba penuh tahun 2025 yang mencapai US$ 132 juta hingga US$ 138 juta.
ARKO: Ekspansi Kapasitas Pembangkit Listrik EBT
ARKO, sebagai bagian dari grup Astra, juga akan mendapatkan manfaat dari rencana investasi Danantara. Perusahaan ini tengah berupaya menambah kapasitas pembangkit listrik EBT melalui pendirian dua perusahaan baru, PT Pembangunan Hydro Indonesia (PHI) dan PT Arkora Merah Putih (AMP). Langkah strategis ini mendukung rencana perkembangan kegiatan usaha ARKO dan mengantisipasi potensi penambahan proyek-proyek baru.
BREN: Ekspansi Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
BREN terus melakukan ekspansi bisnis di pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Perusahaan ini baru saja meresmikan dan melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) lima proyek PLTP milik anak usaha, Star Energy Geothermal, di Salak dan Wayang Windu, Jawa Barat. Investasi sebesar US$ 365 juta digelontorkan untuk menambah kapasitas pembangkitan listrik sebesar 112 megawatt (MW).
Selain ketiga emiten di atas, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), serta PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga berpotensi terdongkrak seiring dengan gencaran proyek strategis nasional di sektor energi.
TOBA: Transformasi Agresif ke EBT
TOBA memiliki prospek positif karena pengembangan proyek energi terbarukan (EBT) sebesar 370 MW yang tengah digencarkan perseroan, termasuk PLTS dan proyek tenaga angin. Perusahaan ini juga mulai mengembangkan ekosistem EV dan carbon credit, menjadikannya salah satu emiten dengan transformasi EBT yang cukup agresif.
ADRO: Diversifikasi ke Sektor EBT
ADRO, melalui anak usaha PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan Adaro Green, mulai mendiversifikasi ke sektor EBT yang meliputi PLTS, smelter hijau dan energi baterai. Strategi dekarbonisasi ini juga menjadikan ADRO sebagai emiten yang menarik bagi investor ESG global.
PTBA: Diversifikasi Bertahap ke EBT
PTBA memiliki rencana diversifikasi ke PLTU berbasis energi baru dan hilirisasi batu bara. Dengan rekam jejak kuat di sektor energi dan dukungan holding MIND ID, peluang PTBA untuk bertransformasi ke EBT tetap terbuka.
Dengan dukungan BPI Danantara dan komitmen pemerintah, masa depan cerah menanti emiten-emiten energi hijau di Indonesia.