Kelelawar vampir, makhluk nokturnal yang dikenal dengan kebiasaan minum darah, menyimpan kejutan tentang bagaimana mereka mendapatkan energi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kelelawar ini memiliki cara unik untuk ‘mengisi bahan bakar’ tubuh mereka, berbeda dengan kebanyakan mamalia.
Studi yang melibatkan kelelawar vampir yang berlari di atas treadmill mini mengungkapkan bahwa mereka sangat bergantung pada asam amino dari darah untuk energi. Hal ini kontras dengan mamalia lainnya, termasuk manusia, yang umumnya mengandalkan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi utama untuk aktivitas fisik.
Kelelawar vampir, dengan tiga spesiesnya (kelelawar vampir biasa, kelelawar vampir berkaki berbulu, dan kelelawar vampir bersayap putih), adalah satu-satunya mamalia yang makanan utamanya adalah darah. Diet ini rendah karbohidrat dan lemak, tetapi kaya protein. Hal ini memicu pertanyaan: apakah kelelawar vampir benar-benar mendapatkan sebagian besar energi mereka dari protein, seperti serangga penghisap darah?
Penelitian membuktikan bahwa kelelawar vampir memang memanfaatkan asam amino sebagai sumber bahan bakar utama. Para peneliti menemukan bahwa rasio oksigen terhadap karbon dioksida pada kelelawar tetap stabil selama berbagai kecepatan lari di treadmill. Ini menunjukkan bahwa mereka membakar asam amino, bukan karbohidrat atau lemak, untuk energi.
Menariknya, kelelawar vampir menyerap asam amino bebas dengan sangat cepat, hanya dalam hitungan menit setelah makan. Ini memungkinkan mereka untuk segera menggunakan asam amino tersebut sebagai energi untuk aktivitas fisik, seperti berlari mengejar mangsa.
Temuan ini menyoroti adaptasi evolusioner yang luar biasa pada kelelawar vampir. Meskipun jarang ditemukan pada mamalia, ketergantungan pada asam amino untuk energi mirip dengan serangga penghisap darah, seperti lalat tsetse dan nyamuk betina. Kelelawar vampir telah mengembangkan cara unik untuk bertahan hidup dengan mengoptimalkan pemanfaatan nutrisi yang tersedia dalam diet darah mereka.