Sarwendah tengah mempersiapkan upacara perpisahan yang penuh cinta dan kenangan untuk mendiang ayahnya, Hendrik Lo. Sebuah penghormatan terakhir yang istimewa direncanakan, yakni melarung abu jenazah di laut lepas dengan kapal pesiar.
"Ini adalah bentuk penghormatan terakhir untuk papa. Saya sudah memesan kapal khusus untuk melarung abunya," ujar Sarwendah saat ditemui di rumah duka.
Inspirasi ini muncul dari kenangan indah Sarwendah bersama ibunya yang pernah merayakan ulang tahun di atas kapal. Ia ingin memberikan pengalaman serupa kepada sang ayah, meskipun dalam momen perpisahan yang mengharukan.
"Mama pernah merayakan ulang tahun di kapal, sementara Yeye (sapaan akrab untuk mendiang ayah) belum pernah," jelas Sarwendah.
Kapal tersebut dipesan secara khusus untuk upacara penebaran abu. Sarwendah memastikan bahwa segala persiapan dilakukan dengan cermat.
Sebelum kremasi, Sarwendah juga menggelar malam kembang sebagai bentuk penghormatan dan perayaan atas kehidupan ayahnya. Acara ini akan dihadiri oleh sahabat dan teman-teman mendiang yang akan bernyanyi bersama, mengenang momen-momen indah yang telah dilalui.
"Teman-teman Yeye ingin bernyanyi bersama. Malam kembang ini seperti perayaan kehidupan," kata Sarwendah.
Dengan penuh kasih, Sarwendah bertekad memberikan perpisahan yang berkesan dan hangat untuk ayah tercintanya. "Saya benar-benar ingin memberikan perayaan yang mewah untuk Yeye," tegasnya.
Hendrik Lo meninggal dunia pada usia 65 tahun. Beliau meninggalkan seorang istri, Rospita Tjoa, dan tiga orang anak. Kepergiannya disebabkan oleh komplikasi penyakit yang dideritanya dan sempat menjalani perawatan di rumah sakit.