Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus menggencarkan upaya deteksi dini dan penanganan hepatitis B pada ibu hamil sebagai strategi utama memutus mata rantai penularan penyakit ini dari ibu ke anak. Langkah ini krusial demi mewujudkan generasi yang lebih sehat di masa depan.
Sejak tahun 2014, pemerintah telah memberikan perhatian khusus pada deteksi hepatitis pada ibu hamil, mengingat risiko penularan virus yang cukup tinggi kepada bayi yang akan dilahirkan.
Data terkini tahun 2024 mencatat, terdapat 49.142 ibu hamil yang menunjukkan hasil reaktif HBsAg (penanda infeksi hepatitis B). Dari ibu-ibu ini, lahir sebanyak 36.285 bayi. Kabar baiknya, 93 persen dari bayi-bayi tersebut telah menerima vaksin HB0 dan HBIG, langkah penting untuk melindungi mereka dari virus hepatitis B.
Untuk memaksimalkan upaya ini, Kemenkes mendorong kolaborasi lintas sektor agar seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari rumah sakit, puskesmas, hingga bidan di desa, dapat secara serentak dan terintegrasi melaksanakan skrining dan intervensi yang diperlukan.
Target ambisius Kemenkes adalah memastikan seluruh bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B reaktif menerima paket intervensi lengkap pada tahun 2030. Tujuannya jelas: memutus penularan vertikal hepatitis B secara tuntas. Upaya ini diwujudkan melalui optimalisasi deteksi dini, seperti melalui Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dan program vaksinasi yang berkelanjutan.