Washington DC – Amerika Serikat kembali menarik diri dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Langkah ini mengulang kebijakan periode pertamanya, yang sempat dibatalkan oleh Presiden Joe Biden.
Israel menyambut baik keputusan ini, menyebutnya sebagai tindakan yang "diperlukan". Gedung Putih mengumumkan bahwa Trump menarik AS dari UNESCO karena dianggap mendukung gerakan "woke" yang "memecah belah". Penarikan ini efektif pada akhir tahun depan.
Kebijakan ini sejalan dengan doktrin "America First", yang menekankan skeptisisme terhadap organisasi multilateral seperti PBB, WTO, dan NATO. Juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, menyatakan bahwa UNESCO mendukung gerakan budaya dan sosial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Amerika. Departemen Luar Negeri AS menuduh UNESCO mempromosikan "agenda ideologis globalis" yang bertentangan dengan kebijakan luar negeri "America First".
Penerimaan Palestina sebagai anggota UNESCO juga dipandang "problematik" dan berkontribusi pada retorika anti-Israel.
Kepala UNESCO, Audrey Azoulay, menyatakan penyesalannya atas keputusan AS, namun mengakui bahwa hal itu "sudah diperkirakan" dan UNESCO telah bersiap menghadapinya. UNESCO memperkirakan dampak finansial dari keluarnya AS akan terbatas.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menyebut langkah AS "diperlukan" untuk "memajukan keadilan dan hak Israel atas perlakuan yang adil dalam sistem PBB". Ia menyerukan diakhirinya tindakan menyudutkan Israel dan politisasi di badan profesional PBB. Israel berterima kasih atas dukungan moral dan kepemimpinan AS, terutama dalam isu diskriminasi anti-Israel.