Jakarta – Gelombang kecaman dari negara-negara Arab membahana menyusul tindakan provokatif sekelompok pemukim ilegal Israel yang berencana menghancurkan Masjid Al Aqsa.
Aksi provokatif ini dipicu oleh beredarnya video simulasi hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI) yang diunggah oleh kelompok sayap kanan radikal Israel di media sosial. Video tersebut menggambarkan Masjid Al Aqsa terbakar dan kemudian digantikan dengan bangunan yang mereka sebut sebagai Kuil Ketiga. Unggahan ini disertai dengan tulisan provokatif, "Tahun depan di Yerusalem, Messiah sekarang."
Aksi ini sontak menuai reaksi keras dari berbagai negara Arab. Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam video tersebut sebagai "hasutan sistematis untuk menargetkan tempat-tempat suci Kristen dan Islam di Yerusalem yang diduduki." Palestina juga menuding Israel semakin berani melancarkan "rencana Yudaisasi ekspansionis dan rasialis" karena kurangnya respons dari komunitas internasional terhadap situasi di Gaza.
Yordania, sebagai negara penjaga Kota Suci Yerusalem, turut mengecam keras tindakan para pemukim ilegal Israel tersebut. Kerajaan Yordania menilai aksi tersebut sebagai "tindakan hasutan rasialis dan ekstrem" dan menyampaikan "penolakan absolut serta kutukan kuat atas hasutan tersebut."
Qatar juga tidak ketinggalan mengecam provokasi tersebut dan memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan meningkatkan kekerasan di wilayah Palestina. Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan "Qatar sangat mengutuk laporan rencana oleh kelompok-kelompok yang terafiliasi dengan organisasi pendudukan Israel untuk menghancurkan Masjid Al Aqsa dan menggantinya dengan yang mereka sebut Kuil."
Ketegangan di kompleks Al Aqsa sendiri telah meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Ratusan warga sayap kanan Israel dilaporkan telah menduduki kompleks tersebut dengan dukungan dari pasukan keamanan Israel. Meskipun terdapat kesepakatan yang telah berlangsung selama berabad-abad bahwa hanya umat Muslim yang diizinkan beribadah di Masjid Al Aqsa, namun sejak tahun 2022, Israel dinilai kerap melanggar status quo tersebut. Pada tahun 2024, tercatat sekitar 53.600 warga Israel menyerbu kompleks Al Aqsa, menjadi jumlah tertinggi sejak polisi Israel membuka akses lebih dari 20 tahun lalu.