Penyanyi legendaris Atiek CB membagikan kisah pribadinya yang penuh tantangan. Wanita berusia 62 tahun ini mengungkapkan bahwa dirinya dan keluarganya tengah berjuang melawan gangguan kesehatan mental.
Atiek secara terbuka mengaku dirinya mengidap gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Lebih lanjut, anak sulungnya didiagnosis dengan bipolar tipe satu, sementara anak keduanya mengalami gangguan kepribadian dan pernah beberapa kali mencoba melakukan percobaan bunuh diri.
"Saya rutin menjalani konseling di Amerika dan masih mengonsumsi obat setiap hari. Jika tidak, saya bisa menjadi mudah marah," ungkap Atiek.
Ia menduga kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh faktor genetik. Atiek menjelaskan bahwa keluarganya, terutama dari garis keturunan ibunya, memiliki riwayat depresi berat.
"Hampir semua keluarga saya mengalami depresi berat. Anak pertama saya didiagnosis bipolar tipe satu, sedangkan anak kedua memiliki gangguan kepribadian yang membuatnya cenderung untuk melakukan percobaan bunuh diri. Ia sudah hampir dua kali mencoba," tuturnya.
Selain itu, Atiek juga menceritakan tentang sosok suaminya, Lawrence Smith, yang selalu memberikan dukungan. Suami bulenya tersebut juga bergelut dengan gangguan kesehatan mental, yaitu OCD (obsessive compulsive disorder).
"Suami saya memiliki OCD, yang juga merupakan gangguan mental. Segala sesuatu harus rapi dan teliti. Ketika saya memasak di dapur, ia selalu mengawasi, dan itu malah membuat kecemasan saya semakin parah. Orang-orang yang menderita anxiety berat membutuhkan lingkungan yang tenang," jelasnya.
Meskipun kehidupannya penuh dengan tantangan, Atiek tetap tampil kuat dan terbuka. Ia bahkan menekankan pentingnya membicarakan isu kesehatan mental secara terbuka tanpa merasa malu atau takut akan stigma sosial.
"Saya rasa gangguan mental memang perlu sering dibahas. Seperti yang dialami anak saya yang sudah dua kali mencoba bunuh diri. Kita harus menanggapi hal ini dengan serius. Jangan malu! Dulu mungkin ada stigma tertentu, tapi ini adalah hal yang wajar," tegasnya.
Atiek CB berharap kisahnya dapat menjadi ajakan bagi masyarakat untuk berani membuka diri, mencari pertolongan, dan berhenti menganggap gangguan kesehatan mental sebagai aib.