Jakarta – Kabar perombakan besar-besaran di tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya semakin santer terdengar. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) mengumumkan rencana restrukturisasi melalui penggabungan (merger) dan konsolidasi. Langkah ini akan mereduksi jumlah BUMN Karya menjadi hanya tiga entitas bisnis yang fokus sebagai kontraktor.
Menurut Chief Operating Officer (COO) BPI Danantara, Dony Oskaria, penataan ulang ini bertujuan agar BUMN Karya lebih fokus pada bisnis inti mereka. "Kita lagi menghitung kurang lebih akan jadi tiga perusahaan karya yang kuat nanti ke depannya, dan bisnisnya juga akan fokus hanya sebagai kontraktor saja," ujarnya. Karyawan yang terlibat akan berasal dari berbagai unit usaha yang sebelumnya terpisah.
Tumpang tindih peran anak usaha menjadi salah satu isu utama yang ingin diselesaikan. Danantara akan mengelompokkan kembali anak-anak usaha BUMN Karya agar lebih efisien dan terstruktur. Konsolidasi ini diharapkan dapat menyehatkan kondisi BUMN Karya secara keseluruhan, dan rencananya akan diperluas ke sektor asuransi.
"Semua yang tadi itu adalah prioritas kerja dalam 6 bulan ke depan, karena ini kan RKAP tahun 2025, kan. 2025 tinggal 6 bulan lagi. Jadi semuanya menjadi prioritas," tegas Dony, menandakan urgensi program ini. Proses restrukturisasi akan berjalan paralel, dengan tim khusus yang menangani setiap sektor sesuai dengan permasalahan yang ada.
Nasib Merger PTPP-WIKA di Tangan Danantara
Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk (PTPP), Novel Arsyad, mengakui adanya kendala yang memperlambat proses merger dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Hambatan utama adalah hasil evaluasi dari masing-masing perusahaan. Saat ini, proses merger masih dalam tahap evaluasi di Danantara.
"Masih diproses di Danantara. Danantara masih berjalan. Semua BUMN konstruksi ini, semuanya diminta melakukan evaluasi kondisi perusahaannya masing-masing," kata Novel. Evaluasi ini melibatkan konsultan dan mencakup kinerja keuangan, utang, serta proyek yang sedang berjalan. Penyelesaian masalah ini dianggap krusial untuk mencegah timbulnya masalah baru di kemudian hari.
Sebelumnya, pemerintah berencana membentuk tiga holding BUMN Karya. WIKA akan bergabung dengan PTPP, PT Adhi Karya (Persero) Tbk menjadi induk holding Brantas Abipraya dan Nindya Karya, sementara PT Waskita Karya (Persero) Tbk akan dilebur dengan PT Hutama Karya (Persero). Langkah ini merupakan bagian dari upaya besar untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN di sektor konstruksi.