Tren "Rojali" yang ramai diperbincangkan di pusat perbelanjaan, ternyata menjalar pula ke ranah e-commerce. Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mengamini adanya fenomena serupa, dimana terjadi lonjakan trafik kunjungan, namun tidak serta merta meningkatkan angka transaksi.
Konsumen daring kini cenderung lebih aktif dalam mencari dan membandingkan berbagai produk. Namun, proses pembelian atau "checkout" seringkali tertunda. Mereka cenderung menunggu promo menarik atau mempertimbangkan lebih lanjut sebelum memutuskan untuk membeli. Pola perilaku ini menyerupai apa yang terjadi di pusat perbelanjaan, dimana pengunjung datang untuk melihat-lihat tanpa langsung berbelanja.
Sebelumnya, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) juga mengungkapkan bahwa kunjungan ke mal meningkat, namun fokusnya lebih kepada rekreasi daripada berbelanja. Kalaupun ada pembelian, nilainya cenderung lebih kecil. Daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah belum sepenuhnya pulih, sehingga mereka lebih memilih produk dengan harga yang lebih terjangkau.
Sebagai contoh, frekuensi pembelian pakaian baru mungkin berkurang, dan konsumen cenderung memilih produk dengan harga yang lebih rendah. Meskipun pengeluaran untuk makanan dan minuman tetap ada, konsumen berusaha memilih menu yang lebih ekonomis.
Data menunjukkan bahwa kunjungan ke mal meningkat sekitar 10-15% pada periode Januari-Mei 2025. Peningkatan ini didorong oleh momen-momen spesial seperti Tahun Baru, Imlek, Ramadhan, dan Idul Fitri. Namun, perubahan pola belanja tetap menjadi perhatian utama bagi para pelaku bisnis, baik daring maupun luring.