Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 berpotensi mempercepat proses penuaan otak. Dampak ini teramati bahkan pada individu yang tidak terinfeksi virus tersebut.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications tersebut menyoroti adanya korelasi antara perubahan signifikan dalam rutinitas harian akibat pandemi dengan percepatan penuaan otak. Meski demikian, perlu ditekankan bahwa penuaan otak yang teramati tidak serta merta mengindikasikan penurunan fungsi kognitif. Sebaliknya, infeksi Covid-19 secara langsung menunjukkan hubungan yang lebih kuat dengan penurunan kemampuan kognitif.
Bagaimana Studi Ini Dilaksanakan?
Para peneliti menganalisis otak hampir 1.000 peserta yang terbagi menjadi dua kelompok:
- Kelompok Kontrol: Melakukan dua kali pemindaian MRI sebelum pandemi dimulai pada awal tahun 2020.
- Kelompok Pandemi: Melakukan satu kali pemindaian sebelum pandemi dan satu lagi setelah pandemi berlangsung.
Hasil pemindaian dari kedua kelompok kemudian dibandingkan dengan data otak lebih dari 15.000 peserta sehat. Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengukur perbedaan antara usia otak yang diprediksi (berdasarkan kondisi fisik otak) dengan usia kronologis (usia sebenarnya).
Hasil penelitian menunjukkan temuan yang mengejutkan. Setelah pandemi, perbedaan antara usia otak dan usia kronologis meningkat rata-rata 5,5 bulan, bahkan pada peserta yang tidak pernah terinfeksi Covid-19.
Siapa yang Paling Berisiko?
Usia rata-rata peserta penelitian adalah 63 tahun dan mereka tidak memiliki riwayat penyakit kronis yang serius. Akan tetapi, dampak percepatan penuaan otak terlihat lebih signifikan pada kelompok laki-laki, lansia, dan individu dengan kondisi sosial-ekonomi yang kurang menguntungkan.
Meskipun demikian, para peneliti menekankan bahwa perbedaan usia otak ini belum tentu mencerminkan penurunan fungsi kognitif. Gejala penurunan kemampuan berpikir dan mengingat hanya teramati pada peserta yang benar-benar terinfeksi Covid-19.
Implikasi Sosial yang Lebih Luas
Studi ini menggarisbawahi dampak signifikan pandemi terhadap kesehatan otak, melampaui efek langsung dari infeksi virus itu sendiri. Temuan ini menegaskan pentingnya mempertimbangkan ketidaksetaraan sosial dan kesehatan yang lebih luas dalam upaya penanganan dampak pandemi.