Praktik pengoplosan beras kembali mencuat dan menjadi perhatian serius pemerintah. Presiden Prabowo Subianto secara tegas memerintahkan aparat penegak hukum untuk menindak tegas para pelaku pengoplosan beras yang merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah setiap tahunnya. Kecurangan ini dilakukan dengan memberi label premium pada beras kualitas rendah, kemudian dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga eceran yang ditetapkan.
Bahaya Tersembunyi di Balik Beras Oplosan
Lebih dari sekadar kerugian finansial, pengoplosan beras menyimpan ancaman serius bagi kesehatan konsumen. Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Sri Raharjo, menjelaskan bahwa meskipun istilah "beras oplosan" tidak secara eksplisit disebutkan dalam undang-undang, praktik ini jelas melanggar ketentuan keamanan dan mutu pangan.
Beras oplosan seringkali dicampur dengan bahan kimia berbahaya untuk menutupi kualitas rendahnya. Bahan-bahan seperti klorin (pemutih), pewangi buatan, hingga parafin (plastik) kerap digunakan. Paparan jangka panjang terhadap bahan-bahan kimia ini dapat memicu kanker atau bersifat karsinogenik. Klorin, misalnya, dapat membentuk trihalometan yang diklasifikasikan sebagai zat karsinogenik oleh International Agency for Research on Cancer (IARC).
Selain itu, konsumsi rutin beras oplosan dengan kandungan kimia berbahaya dapat merusak organ vital seperti hati dan ginjal. Senyawa kimia tersebut menumpuk dan memperberat kerja sistem detoksifikasi pada organ-organ tersebut. Pewarna sintetis seperti Rhodamin B juga dapat menyebabkan sirosis hati atau gagal ginjal jika terakumulasi dalam tubuh.
Kenali Ciri-Ciri Beras Oplosan
Agar terhindar dari bahaya beras oplosan, penting untuk mengetahui ciri-cirinya. Ahli teknologi pangan UGM, Prof. Sri Raharjo, dan pakar teknologi industri pertanian IPB University, Prof. Tajuddin Bantacut, memberikan beberapa tips:
- Warna Beras Terlalu Putih: Beras oplosan seringkali memiliki warna yang terlalu putih akibat penggunaan pemutih.
- Aroma Kimia: Tercium aroma kimia yang tidak wajar pada beras.
- Bau Plastik Saat Dibakar: Mengeluarkan bau plastik yang menyengat saat dibakar.
- Mengambang atau Air Berubah Warna Saat Direndam: Beras oplosan cenderung mengambang atau membuat air rendaman berubah warna.
Tips Aman Memilih Beras
Untuk melindungi keluarga dari bahaya beras oplosan, Prof. Sri Raharjo menyarankan untuk membeli beras berlabel SNI (Standar Nasional Indonesia). Selain itu, sesekali mengganti asupan karbohidrat dengan sumber lain seperti umbi-umbian juga bisa menjadi alternatif yang baik.
Prof. Tajuddin mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi beras. Jika menemukan nasi dengan warna, bau (aroma), tekstur, atau butiran yang berbeda dari biasanya, segera curigai adanya kerusakan mutu atau keberadaan benda asing.