Anggota Komisi VI DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, menyoroti dugaan ‘pemaksaan’ Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia untuk membeli 50 pesawat Boeing. Hal ini, menurutnya, menjadi salah satu syarat penurunan tarif resiprokal dari 32 persen menjadi 19 persen yang ditetapkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.
Rieke mengungkapkan bahwa pesawat Boeing saat ini kurang diminati di pasar global. "Ketika orang lain menolak membeli Boeing, Amerika sepertinya memaksakan karena Boeing adalah simbol ekonomi Amerika. Jika tidak laku, ini menjadi masalah bagi simbol ekonomi mereka," ujarnya dalam Raker dengan Menteri BUMN Erick Thohir.
Politikus PDI Perjuangan ini menegaskan bahwa kesepakatan tarif ini masih memungkinkan untuk dinegosiasi ulang. Ia juga mengingatkan pengalaman Garuda Indonesia yang hampir bangkrut akibat pembelian sejumlah pesawat di masa lalu, terkait kasus korupsi pengadaan pesawat Bombardier dan ATR.
Rieke menyinggung masalah grounded pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 737 Max, serta masalah pada 787 Dreamliner. "Pembelian Boeing dan Bombardier oleh Garuda menyebabkan masalah keuangan yang dampaknya masih terasa. Membeli 737 Max itu di-grounded dan 787 Dreamliner juga bermasalah. Boeing mana yang harus dibeli?" tanyanya.
Menteri BUMN Erick Thohir tidak memberikan respons spesifik terkait permintaan untuk meninjau ulang pembelian 50 pesawat Boeing oleh Garuda. Ia hanya menyatakan akan menindaklanjuti masukan-masukan dari DPR RI.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Wamildan Tsani, mengklaim bahwa rencana pembelian 50 pesawat Boeing telah disetujui oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Presiden Prabowo Subianto, dan RUPS. Ia menekankan bahwa pembelian ini sejalan dengan rencana penyehatan perusahaan.
Wamildan menyatakan Garuda sedang berkomunikasi intensif dengan Boeing mengenai kebutuhan armada dan berharap pembelian ini dapat berkontribusi pada tambahan pendapatan. "Rencana pembelian pesawat tersebut adalah langkah strategis jangka panjang dalam upaya penyehatan perseroan melalui transformasi bisnis dengan penguatan armada dan optimalisasi jaringan penerbangan dalam 5 tahun ke depan," jelasnya.
Namun, waktu dan tahapan pembelian 50 pesawat baru masih terus dibahas dengan Boeing, mempertimbangkan kesiapan pabrikan Amerika dalam menyediakan tipe pesawat yang dibutuhkan Garuda.