Gencatan senjata di Suweida memberikan secercah harapan, namun akar masalah konflik di Suriah masih jauh dari kata selesai. Pemerintah Suriah mengambil langkah preventif dengan mengevakuasi sekitar 1.500 warga Badawi dari wilayah selatan, sebagai respons terhadap ketegangan yang meningkat.
Konflik antara kelompok Druze dan Badui telah merenggut nyawa sekitar 1.250 orang dalam sepuluh hari terakhir. Korban termasuk warga sipil, anggota pasukan pemerintah, dan pejuang dari kedua belah pihak.
Peristiwa ini menjadi ujian berat bagi pemimpin sementara, Ahmed al-Sharaa, yang berupaya keras mengakhiri kekerasan di Suweida dan seluruh Suriah. Rekonsiliasi antar kelompok menjadi prioritas utama, terutama setelah bentrokan antara Alawi dan kelompok jihadis yang menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Situasi diperburuk oleh ketidakpercayaan publik terhadap kemampuan negara dalam mengendalikan pasukan keamanan. Masyarakat menuntut transparansi dan akuntabilitas terkait kekerasan yang menimpa komunitas Alawi.
Al-Sharaa menghadapi tekanan dari berbagai arah. Mantan pendukung rezim Assad, kekuatan yang terhubung dengan Iran, kelompok kriminal, dan lingkaran dalam rezim yang termotivasi secara jihadis semakin memperkeruh suasana. Kelompok-kelompok ini berpotensi memicu perang saudara baru dan mengundang intervensi asing.
Basis kekuasaan Al-Sharaa terbilang lemah, dengan milisi muda yang terradikalisasi mendominasi lanskap politik. Kehadiran jihadis asing dan pejuang Badui Sunni yang haus akan balas dendam semakin mempersulit situasi.
Di tengah tantangan ini, Amerika Serikat dan negara-negara Teluk masih memberikan dukungan kepada Al-Sharaa, dengan harapan dapat menjaga stabilitas politik Suriah. Namun, Israel tampak memiliki agenda berbeda, dengan berupaya melemahkan negara melalui perpecahan.
Konflik Suriah berawal dari protes damai pada tahun 2011, yang kemudian berkembang menjadi perang saudara yang kompleks. Berbagai kelompok bersenjata, termasuk pemberontak Sunni, milisi Kurdi, kelompok Alawi, dan ekstremis ISIS, saling bertikai untuk menguasai wilayah dan kekuasaan. Dukungan dari negara-negara asing semakin mempersulit penyelesaian konflik dan menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Suriah.