PT DCI Indonesia Tbk (DCII), emiten yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim, mencatatkan lonjakan kapitalisasi pasar yang fantastis. Pada penutupan perdagangan Rabu (23/7/2025), nilai kapitalisasi pasar DCII mencapai Rp 827 triliun, menempatkannya di posisi ketiga sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Posisi ini mendekati kapitalisasi pasar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA yang sebesar Rp 1.028 triliun dan hanya terpaut tipis dari PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang memimpin dengan Rp 1.047 triliun.
Kapitalisasi pasar DCII telah melampaui sejumlah emiten besar lainnya seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Lonjakan kapitalisasi pasar DCII sejalan dengan harga sahamnya yang mencapai level tertinggi sepanjang sejarah di BEI, yakni Rp 346.725 per saham. Dalam seminggu terakhir, saham emiten pusat data ini melonjak 86,36% dan dalam sebulan terakhir meroket 134,27%.
Akibatnya, BEI kembali memberlakukan suspensi terhadap saham DCII karena peningkatan harga yang signifikan. Suspensi berlaku di pasar reguler dan pasar tunai mulai sesi I 24 Juli 2025 hingga pemberitahuan lebih lanjut.
DCI Indonesia pertama kali melantai di BEI pada 6 Januari 2021 dengan harga IPO Rp 420 per saham. Kini, sekitar 4,5 tahun kemudian, harga saham DCII telah melonjak 82.453% dari harga IPO.
Setelah IPO, komposisi pemegang saham DCII berubah. Otto Toto Sugiri kini memegang langsung 29,9% saham, Marina Budiman 22,51%, Han Arming Hanafia 14,11%, dan Anthoni Salim 11,12%. Masyarakat memegang 22,36% saham DCII.