Kabar baik datang dari dunia perdagangan: pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah mencapai kesepakatan yang signifikan. Salah satu poin pentingnya adalah penghapusan tarif impor untuk produk-produk buatan AS yang masuk ke Indonesia. Hal ini tentu memicu pertanyaan, apakah harga produk-produk AS, termasuk iPhone, akan menjadi lebih terjangkau?
Sayangnya, jawabannya tidak seindah yang dibayangkan. Meskipun iPhone adalah produk besutan perusahaan teknologi raksasa asal AS, Apple Inc., faktanya, sebagian besar proses perakitan dan produksinya dilakukan di China. Dalam aturan perdagangan internasional, hal ini menjadikan iPhone sebagai produk "Made in China," bukan "Made in USA."
Jadi, meskipun ada kebijakan tarif nol persen untuk produk AS, iPhone tidak termasuk dalam kategori yang mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini. Dengan kata lain, harga iPhone di pasar Indonesia kemungkinan besar tidak akan terpengaruh oleh kesepakatan dagang terbaru ini.
Lantas, produk apa saja yang akan merasakan dampak positif dari kebijakan tarif nol persen ini? Jawabannya adalah produk-produk industri berat dan energi. Beberapa contohnya antara lain:
- Suku cadang pesawat
- Mesin dan alat berat
- Plastik
- Produk farmasi
- Minyak bumi (BBM), Liquefied Natural Gas (LNG), dan elpiji
- Kedelai, gandum, dan jagung
Produk-produk ini merupakan komoditas ekspor utama AS ke Indonesia dan sebelumnya dikenakan tarif bea masuk antara 5 hingga 9 persen. Dengan adanya kebijakan baru ini, diharapkan harga produk-produk tersebut akan menjadi lebih kompetitif di pasar Indonesia.
Sebagai timbal balik, AS juga memberikan keringanan dengan menurunkan tarif impor untuk produk-produk asal Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.
Kesepakatan ini juga mencakup komitmen Indonesia untuk membeli energi AS senilai 15 miliar dollar AS, produk pertanian Amerika senilai 4,5 miliar dollar AS, dan 50 pesawat Boeing. Maskapai penerbangan Garuda Indonesia juga dikabarkan sedang menjajaki kemungkinan pembelian puluhan pesawat Boeing.