Ruang Aman Bagi ODHA di Bandung: Lebih dari Sekadar Tempat Berlindung

Di tengah gemerlap Kota Bandung, tersembunyi ruang-ruang tak kasat mata yang dibangun atas dasar kepercayaan, dukungan, dan harapan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Ruang-ruang ini menjadi oase bagi mereka yang seringkali terisolasi akibat stigma yang melekat.

Bagi ODHA di Bandung, ruang aman bukan sekadar tempat, melainkan wadah di mana mereka bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi. Bandung AIDS Coalition (BAC), sebuah koalisi dari belasan LSM yang bergerak di isu HIV & AIDS, menjadi salah satu pilar penting dalam menyediakan ruang aman ini. Beberapa anggota koalisi tersebut yaitu Female Plus, Rumah Cemara, Puzzle, Perwadi, PKBI Kota Bandung, Grafik, Serikandi Pasundan, PPKN, dan Kelompok Dukungan Sebaya.

Ruang aman yang paling otentik tumbuh di Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Di sini, ODHA saling berbagi pengalaman, menguatkan satu sama lain, dan menumbuhkan rasa percaya. Tanpa campur tangan pihak luar, KDS menjadi tempat yang aman bagi ODHA untuk mengekspresikan diri dan berpendapat. Bandung memiliki sekitar sembilan hingga sepuluh KDS yang dikelompokkan berdasarkan kelompok risiko, seperti pekerja seks, anak-anak, transpuan, pengguna napza suntik, serta gay, biseksual, dan LSL.

Selain KDS, terdapat pula safe house yang menjadi tempat bernaung bagi ODHA yang kehilangan tempat tinggal akibat stigma. Dikelola oleh PKBI Jawa Barat, lokasi safe house dirahasiakan untuk menjamin keamanan penghuninya. Safe house menjadi pelarian bagi mereka yang mengalami kekerasan atau kehilangan tempat tinggal, memberikan mereka kesempatan untuk menata kembali harapan dan mencari pijakan hidup.

Namun, menjaga keberadaan safe house bukanlah hal mudah. Mencari lokasi yang benar-benar aman menjadi tantangan tersendiri. Dukungan pemerintah memang dibutuhkan, namun keterbukaan informasi dapat mengancam keamanan safe house. Kepercayaan menjadi kunci utama, dan tanpa kepercayaan dari ODHA, safe house hanya akan menjadi bangunan kosong.

Kepercayaan juga menjadi fondasi utama dalam membangun ruang aman secara keseluruhan. Banyak ODHA yang masih takut untuk terbuka, bahkan kepada komunitas sendiri. Tak jarang, ODHA yang sedang menjalani pengobatan tiba-tiba menghilang, atau lost to follow up, karena merasa sudah sembuh dan tidak perlu lagi mengonsumsi obat ARV. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi komunitas, yang kemudian melakukan penelusuran untuk memastikan ODHA tersebut tetap mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.

Di Bandung, ruang aman bagi ODHA adalah sebuah realita yang dibangun di atas dasar kepercayaan dan dukungan dari komunitas. Komunitas dan LSM terus berupaya untuk menepis stigma dan membuktikan bahwa selalu ada ruang untuk bangkit, tumbuh, dan bermimpi kembali. Setiap ruang aman yang berhasil dibangun adalah bukti bahwa kasih, kepedulian, dan harapan masih hidup di tengah hiruk pikuk kota, bagi setiap ODHA yang pernah merasa terpinggirkan.

Scroll to Top