Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) mencapai titik didih. Pembicaraan mengenai tarif impor semakin intensif, dengan potensi penurunan dari ancaman awal 30% menjadi 15%.
Namun, UE tidak tinggal diam. Komisi Eropa tengah mempersiapkan instrumen "anti-pemaksaan" yang bisa digunakan untuk membalas jika pemerintahan Presiden Donald Trump benar-benar menaikkan tarif, terutama jika negosiasi gagal sebelum tenggat waktu 1 Agustus 2025.
Informasi dari kalangan diplomatik menyebutkan bahwa Komisi Eropa telah memberi penjelasan kepada negara-negara anggota UE mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk mengaktifkan instrumen pembelaan perdagangan tersebut.
Langkah ini akan memungkinkan UE untuk membatasi akses perusahaan AS ke pengadaan publik, perizinan, dan hak kekayaan intelektual, sebagai bentuk balasan terhadap tindakan koersif AS.
Pertemuan penting antara Kanselir Jerman Friedrich Merz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut sebagai kunci untuk mendapatkan dukungan politik yang diperlukan dalam mengambil tindakan balasan.
Selain itu, Komisi Eropa juga sedang menyusun rencana serangan balik yang menargetkan sektor layanan digital dan keuangan AS – dua sektor yang selama ini menikmati surplus besar di pasar Eropa. Rencana ini akan dieksekusi jika tidak ada kesepakatan dagang baru yang tercapai hingga 1 Agustus.
Pembicaraan intensif terus berlangsung antara Komisi Eropa dan Pemerintah AS mengenai tarif dasar 15% untuk impor dari UE, dengan beberapa pengecualian. Namun, negosiasi masih jauh dari kata selesai, terutama karena sektor strategis seperti otomotif dan farmasi menjadi area perdebatan utama.
Saat ini, AS mengenakan tarif yang cukup tinggi terhadap produk Eropa, yaitu 50% untuk baja dan aluminium, 25% untuk mobil, dan 10% untuk kategori lainnya. Setelah sempat membahas kemungkinan penurunan tarif dasar menjadi 10%, Trump secara mengejutkan mengancam akan menaikkan tarif menjadi 30% per 1 Agustus jika tidak ada kesepakatan.
Sebagai respons, Komisi Eropa telah menyiapkan dua daftar produk AS yang akan dikenai tarif balasan. Kedua daftar tersebut kini digabungkan menjadi satu paket kebijakan dengan nilai total 93 miliar euro atau setara dengan Rp1.600 triliun (dengan kurs Rp17.200).
Prioritas utama UE adalah negosiasi, namun mereka juga secara paralel mempersiapkan berbagai skenario, termasuk langkah-langkah balasan tambahan. Untuk memperjelas dan memperkuat tindakan balasan, kedua daftar akan digabungkan menjadi satu daftar tunggal yang akan diajukan kepada negara-negara anggota untuk disetujui, dan baru akan diberlakukan setelah 7 Agustus.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebelumnya juga menegaskan bahwa UE siap menekan AS dengan mengancam pengenaan tarif pada sektor jasa – satu-satunya sektor di mana AS mencatat surplus besar dalam hubungan dagang dengan Eropa – jika perang dagang ini tidak dapat diselesaikan.