Kabupaten Probolinggo Bergerak Cepat Menuju Eliminasi TBC 2030

Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo menggelar kegiatan peningkatan kapasitas bagi pengelola program Tuberkulosis (TBC) sebagai bagian dari peringatan Hari TBC Sedunia 2025. Acara yang diadakan di Pantai Wisata Bentar ini bertujuan untuk memperkuat penanganan TBC, mulai dari identifikasi kasus hingga pengobatan, demi mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030.

Kegiatan ini diisi dengan senam pagi dan outbound, dirancang untuk membangun kerja sama tim dan meningkatkan motivasi peserta. Semangat kebersamaan tampak jelas dari antusiasme para peserta.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Probolinggo, dr. Nina Kartika, M.MKes., menekankan pentingnya kolaborasi dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam menekan angka TBC. "Kami telah menemukan 1.750 kasus TBC. Kami berharap angka ini terus menurun hingga TBC dapat dieliminasi di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2030," ungkapnya.

Kabupaten Probolinggo saat ini menempati urutan keempat tertinggi di Jawa Timur dalam hal penemuan kasus TBC. Menurut dr. Nina, penemuan kasus yang tinggi berarti peluang pengobatan juga semakin besar, yang membawa kita selangkah lebih dekat menuju eliminasi.

Inisiator kegiatan, S. Trisnoharini, S.Kep., Ns., menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor, khususnya antara pengelola program, kader, dan ATLM. Pengobatan TBC tidak hanya ditujukan bagi pasien, tetapi juga bagi kontak serumah melalui Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Pasien aktif diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Pengobatan TBC Sensitif Obat (SO) berlangsung selama 6 bulan. Sementara itu, TBC Resisten Obat (RO) yang sebelumnya memerlukan waktu 2 tahun, kini dapat ditangani dalam 6 bulan dengan regimen Timal M.

"Setelah dua minggu minum obat, jumlah bakteri Mycobacterium tuberculosis sudah berkurang. Risiko penularan turun hingga 95 persen dalam dua bulan. Pasien tetap harus menerapkan PHBS dan memakai masker," jelasnya.

Kabupaten Probolinggo memiliki 33 puskesmas dan 6 rumah sakit yang menjadi pelaksana program TBC. ATLM memegang peran penting dalam pemeriksaan sampel dahak di lima laboratorium PCM, termasuk RSUD Waluyo Jati, RSUD Tongas, serta Puskesmas Maron, Sumberasih, dan Paiton. Klinik swasta, rumah tahanan, dan tenaga kesehatan praktik mandiri juga turut berkontribusi.

"Melalui kegiatan ini, kami ingin membentuk tim yang solid, telaten, dan terampil dalam menangani TBC. Sinergi antar pengelola program, ATLM, dan kader kesehatan adalah kunci dalam mencapai eliminasi TBC 2030," pungkasnya.

Scroll to Top