Kematian seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) di sebuah kos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, masih menyimpan teka-teki. Pihak kepolisian terus berupaya mengungkap kebenaran di balik peristiwa tragis ini, dengan sejumlah fakta baru yang mulai terkuak.
Penyelidikan kasus ini menjadi prioritas utama Polda Metro Jaya. Mereka menggunakan metode investigasi ilmiah untuk memastikan proses berjalan transparan dan akuntabel. Sejauh ini, sudah 15 saksi dimintai keterangan, termasuk keluarga, teman, dan rekan kerja korban. Koordinasi intensif juga dilakukan dengan Kompolnas dan Kementerian Polkam.
Lebih dari 20 rekaman CCTV yang merekam aktivitas korban telah disita dan dianalisis. Polisi masih menunggu hasil visum dari RSCM, termasuk pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi kemungkinan adanya zat kimia atau racun dalam tubuh korban. Sampel organ tubuh juga diperiksa secara histopatologi untuk mengetahui apakah korban memiliki penyakit tertentu.
Salah satu temuan penting adalah rekaman CCTV yang menunjukkan korban berada di rooftop Gedung Kemlu pada malam sebelum ditemukan meninggal. Korban diduga menghabiskan waktu selama 1 jam 26 menit di lantai 12 gedung tersebut. Saat naik ke rooftop, korban terlihat membawa tas gendong dan tas belanja, namun tas tersebut tidak ditemukan saat korban turun. Polisi masih menyelidiki tujuan korban berada di rooftop dan apa yang dilakukannya di sana.
Fakta lain yang terungkap adalah kondisi jenazah korban saat ditemukan. Wajah korban tertutup plastik yang kemudian dililit lakban berwarna kuning. Korban ditemukan di atas tempat tidur di dalam kosnya, tertutup selimut, mengenakan kaus dan celana pendek.
Kemlu RI sendiri telah menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak kepolisian. Sejak penemuan jenazah pada 8 Juli 2025, Kemlu telah menyerahkan rekaman CCTV yang diminta oleh polisi. Kemlu berkomitmen untuk terus bekerja sama dan memberikan dukungan penuh kepada kepolisian dalam mengungkap kasus ini.