Hepatitis B masih menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan. Secara global, lebih dari 254 juta orang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis. Namun, hanya sebagian kecil yang terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan yang memadai.
Di Indonesia, situasinya juga memprihatinkan. Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa sekitar 6,7 juta penduduk diperkirakan terinfeksi hepatitis B. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan beban hepatitis B tertinggi di Asia Tenggara.
Hepatitis merupakan peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, penggunaan obat-obatan tertentu, konsumsi alkohol, kondisi medis, dan perlemakan hati. Hepatitis B dan C, yang disebabkan oleh virus, menjadi perhatian utama karena potensi dampaknya yang berkepanjangan.
Hepatitis B merupakan penyebab utama sirosis hati dan kanker hati jenis karsinoma hepatoseluler (HCC) di Indonesia. Banyak pasien kanker hati di Indonesia terdiagnosis pada usia muda, seringkali akibat infeksi hepatitis B yang tidak terdeteksi dan tidak diobati selama bertahun-tahun.
Penularan hepatitis B dapat terjadi melalui beberapa cara:
- Hubungan seksual tanpa pengaman
- Penggunaan jarum suntik secara bergantian
- Transfusi darah yang tidak melalui penyaringan ketat
- Penggunaan alat medis yang tidak steril
- Penularan dari ibu ke bayi saat proses persalinan
Penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan merupakan salah satu jalur penularan yang paling umum. Virus hepatitis B, yang merupakan virus DNA, dapat langsung menyerang sel hati bayi dan bahkan menyatu dengan DNA manusia. Hal ini menyebabkan infeksi hepatitis B dapat menjadi kronis dan secara diam-diam merusak hati dalam jangka panjang.