Mantan Marinir Jadi Tentara Bayaran di Rusia, Kini Merindukan Tanah Air

Mantan anggota Marinir TNI Angkatan Laut, Satria Arta Kumbara, menjadi perbincangan hangat setelah videonya viral. Dalam video tersebut, ia menyampaikan kerinduan untuk kembali menjadi warga negara Indonesia (WNI) usai bergabung menjadi tentara relawan di Rusia.

Satria mengaku terkejut saat mengetahui bahwa kontrak yang ia tanda tangani dengan Kementerian Pertahanan Rusia berimplikasi pada pencabutan status kewarganegaraan Indonesianya. Ia kini memohon kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, serta Menteri Luar Negeri mendatang, agar diizinkan kembali ke Indonesia.

Namun, jalan Satria untuk kembali ke Tanah Air diperkirakan tidak akan mudah. Kontrak militer yang telah disepakati berpotensi menjeratnya secara hukum di Rusia jika dibatalkan secara sepihak.

Kisah serupa pernah dialami seorang pemuda asal Sri Lanka yang juga terikat kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia. Awalnya dijanjikan pekerjaan sebagai pembantu logistik, ia malah diterjunkan ke garis depan pertempuran di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, tepatnya di sekitar Donetsk.

Setelah dua bulan berada di wilayah belakang, ia dikirim ke garis depan dan akhirnya terluka serta ditangkap oleh militer Ukraina. Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan bahwa permintaannya untuk kembali ke Sri Lanka ditolak mentah-mentah.

"Saya meminta izin kepada komandan untuk pulang ke Sri Lanka, tetapi dia bilang itu tidak mungkin. Menurut kontrak, saya akan dipenjara 15 tahun jika melarikan diri," ujarnya.

Kisah ini memunculkan kekhawatiran bahwa Satria Kumbara juga berpotensi menghadapi ancaman serupa jika ia memutuskan untuk membatalkan kontraknya dan kembali ke Indonesia. Statusnya sebagai tentara bayaran dalam sistem militer Rusia membuatnya tunduk pada ketentuan hukum negara tersebut.

Dalam unit tentara bayaran, terdapat pula warga asing lainnya dari Nepal, India, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Mereka semua dilaporkan hanya mendapat penempatan satu kali di garis depan, namun risiko cedera maupun kematian tetap sangat tinggi.

Terdapat laporan yang menyebutkan bahwa Rusia telah memaksa ribuan pekerja migran dan mahasiswa asing untuk bergabung dengan tentara dan dikirim ke Ukraina. Mereka diancam bahwa visa mereka tidak akan diperpanjang jika menolak bergabung dengan militer.

Scroll to Top