DAMASKUS – Sebuah video yang memperlihatkan seorang pria dari komunitas Druze dieksekusi oleh milisi pro-pemerintah telah memicu gelombang kemarahan di seluruh Suriah. Insiden ini terjadi setelah korban diinterogasi tentang keyakinan agamanya, sebelum akhirnya ditembak mati.
Peristiwa tragis ini memperburuk situasi kekerasan sektarian yang telah merajalela sejak rezim Bashar al-Assad digulingkan oleh kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa, yang kini menjabat sebagai presiden sementara.
Provinsi Sweida, yang terletak di selatan Suriah, menjadi saksi bisu bentrokan sengit antara milisi Druze, milisi Badui Sunni, dan pasukan pemerintah al-Sharaa. Konflik ini telah merenggut lebih dari 1.000 nyawa, sebagian besar warga sipil.
Milisi Suriah yang bersekutu dengan pemerintahan al-Sharaa di Damaskus dituduh melakukan eksekusi singkat di Sweida, wilayah yang menjadi pusat komunitas Druze di Suriah.
Video yang beredar luas di internet menunjukkan seorang pria paruh baya terduduk di tanah, dengan senjata yang diarahkan kepadanya. Ketika ditanya tentang agamanya, pria itu menjawab, "Saya orang Suriah."
"Apa maksudmu orang Suriah? Muslim atau Druze?" bentak seorang milisi bersenjata. Pria bersenjata lainnya terdengar berkata, "Dia Druze, dia Druze, identitasnya menunjukkan dia Druze."
"Kamu Druze atau bukan?" tanya milisi bersenjata itu sambil mengarahkan senjatanya. Korban menjawab, "Saya Druze," sebelum akhirnya ditembak berulang kali hingga tewas. Para pelaku kemudian meneriakkan takbir.
Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah melaporkan 558 kematian akibat kekerasan di Sweida hingga Senin malam. Sementara itu, Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah mencatat lebih dari 1.300 korban jiwa.
Konflik di Sweida meletus awal bulan ini antara faksi Druze dan milisi suku Badui Sunni, menyusul laporan perampokan bersenjata terhadap pedagang dan serangkaian penculikan yang saling balas. Kekerasan ini dengan cepat meningkat menjadi bentrokan sektarian yang merenggut ratusan nyawa dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat telah menciptakan situasi yang relatif tenang selama akhir pekan. Namun, pasukan pemerintah al-Sharaa belum dapat ditempatkan di Sweida, dan ribuan orang masih mengungsi. Keluarga-keluarga Badui telah dievakuasi dari provinsi tersebut, yang menurut pemerintah Suriah bersifat sementara.
Selama seminggu terakhir, puluhan video telah beredar, yang diduga menunjukkan pasukan dari Kementerian Pertahanan dan Dalam Negeri membunuh atau menculik orang-orang. Meskipun banyak pengguna media sosial mengklaim bahwa para penyerang dalam video eksekusi pria tersebut adalah pasukan pemerintah, klaim ini belum terverifikasi. Beberapa pihak menduga bahwa mereka mungkin anggota milisi Badui atau milisi Sunni lainnya.
Pria yang terbunuh diidentifikasi berasal dari keluarga Al Rojme. Tanda pagar seperti "Saya orang Suriah" dan "Apa arti orang Suriah" telah menjadi tren daring, menjadi pengingat pedih tentang bagaimana identitas nasional runtuh di bawah beban sektarianisme yang meningkat.
Suriah telah dilanda perang saudara yang brutal selama 14 tahun, yang dimulai pada tahun 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menanggapi protes damai dengan kekerasan militer. Pada bulan Desember tahun lalu, aliansi pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil menggulingkan Assad dari kekuasaan.
Namun, serangkaian kekerasan di seluruh negeri yang menargetkan kelompok minoritas, seperti pembantaian di wilayah pesisir mayoritas Alawite pada bulan Maret, pertempuran sebelumnya dengan Druze, dan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus bulan ini, telah menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi minoritas agama dan etnis.
Pertumpahan darah ini menjadi tantangan besar bagi pemerintahan al-Sharaa, yang berupaya membangun kembali hubungan internasional, menyatukan negara, mencari bantuan asing, dan mengintegrasikan jaringan kelompok bersenjata yang berbeda ke dalam angkatan bersenjata pemerintah. Al-Sharaa sendiri sebelumnya memimpin HTS, yang dulunya merupakan cabang al-Qaeda di Suriah, tetapi memutuskan hubungan dengannya pada tahun 2017.
Kekejaman Berulang di Suriah
Video eksekusi sepihak terhadap pria Druze bukanlah satu-satunya insiden kekerasan yang terjadi di Sweida. Video lain menunjukkan tiga pria dipaksa melompat dari balkon ketika pasukan pemerintah atau yang berafiliasi dengan pemerintah menyerbu rumah mereka. Ketiga pria itu ditembak beberapa kali saat melompat. Kemudian terungkap bahwa mereka adalah saudara kandung dari keluarga Arnous, dua dokter dan seorang insinyur.
Dalam insiden lain, beberapa pria dari keluarga yang sama dieksekusi di sebuah bundaran di Sweida ketika pasukan pemerintah menyerbu kota tersebut. Di antara mereka terdapat seorang warga negara Amerika-Suriah. Seorang akademisi yang sedang berkunjung ke Suriah setelah 12 tahun juga termasuk di antara ratusan orang yang tewas. Dia ditemukan terbunuh dan dibakar di rumahnya di Sweida, setelah penggerebekan brutal oleh pasukan yang dipimpin oleh HTS dan presiden transisi Suriah yang baru.