Gaza – Kegagalan perundingan gencatan senjata di Gaza yang dimediasi di Qatar memicu saling tuding antara Hamas dan Amerika Serikat. Utusan khusus AS, Steve Witkoff, menuding Hamas sebagai penyebab utama kebuntuan. Namun, tudingan ini dibantah keras oleh pejabat Hamas, yang menuduh Witkoff memutarbalikkan fakta demi membela kepentingan Israel.
Menurut anggota biro politik Hamas, Bassem Naim, pernyataan Witkoff sama sekali tidak sesuai dengan konteks perundingan terakhir. Ia berpendapat, Witkoff sadar akan hal itu, tetapi memilih untuk mendukung posisi Israel.
Perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas yang berlangsung di Qatar, yang bertujuan mencapai gencatan senjata, berakhir tanpa kesepakatan setelah berjalan lebih dari dua minggu. Amerika Serikat, bersama dengan Israel, menarik negosiatornya dari perundingan. Witkoff menyatakan bahwa Washington akan "mempertimbangkan opsi alternatif" setelah kegagalan ini.
Witkoff mengakui bahwa perundingan yang dimediasi oleh Qatar, AS, dan Mesir mengalami kegagalan. Ia mengumumkan penarikan tim AS untuk berkonsultasi dan mempertanyakan itikad baik Hamas.
Sebaliknya, Naim menyatakan bahwa para mediator menyambut baik tanggapan Hamas terhadap proposal gencatan senjata. Ia mengklaim bahwa tanggapan Hamas sangat mendekati proposal yang diajukan oleh mediator dan berpotensi menghasilkan kesepakatan.
Naim menambahkan bahwa diskusi terakhir berfokus pada rincian penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza. Ia juga mengklaim bahwa "kesepakatan prinsip" telah dicapai mengenai "formula" pertukaran sandera yang ditahan di Israel sejak 7 Oktober 2023 dengan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Lebih lanjut, Naim menuduh Israel tidak berniat mencapai gencatan senjata dan mendesak Witkoff untuk memberikan tekanan kepada pemerintah Israel.