Kucing Hitam Pembawa Berkah: Bantu Ilmuwan Temukan Virus Baru yang Bisa Menginfeksi Manusia

Di tengah stigma negatif yang melekat pada kucing hitam sebagai simbol kesialan, seekor kucing bernama Pepper justru membuktikan sebaliknya. Kucing peliharaan ini menjadi katalis penting bagi tim ilmuwan dalam menemukan virus baru yang berpotensi menginfeksi manusia.

Pepper bukanlah kucing biasa. Ia telah berjasa dalam penemuan dua jenis virus berbeda, menjadikannya mitra tak terduga dalam riset ilmiah. Baru-baru ini, ia menangkap seekor tikus tanah berekor pendek dari spesies Blarina peninsulae, mamalia kecil berbisa yang hanya ada di Florida, Amerika Serikat.

Sang pemilik, seorang ahli virologi dari Universitas Florida, membawa bangkai tikus tersebut ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut. Penemuan ini menjadi kesempatan berharga bagi tim, yang selama ini fokus meneliti penularan virus cacar rusa.

"Ini studi oportunistik. Daripada menguburnya, mengapa tidak mengujinya? Ada banyak informasi yang bisa digali," ungkap sang ahli virologi.

Virus Baru dari Genus Orthoreovirus

Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Mikrobiologi, para peneliti mengumumkan bahwa tikus tanah tersebut membawa patogen baru dari genus Orthoreovirus. Virus dalam kelompok ini diketahui dapat menginfeksi berbagai mamalia, termasuk manusia.

Infeksi orthoreovirus umumnya menyebabkan gejala ringan pada saluran pernapasan atau pencernaan. Namun, dalam kasus tertentu, virus ini dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem saraf pusat, pneumonia, dan komplikasi lainnya. Virus ini bahkan dikaitkan dengan ensefalitis, meningitis, serta gastroenteritis pada anak-anak.

Seperti virus influenza, dua jenis orthoreovirus dapat menginfeksi sel inang yang sama, membuka peluang terjadinya percampuran genetik dan munculnya varian baru.

"Ada banyak orthoreovirus mamalia yang berbeda, dan belum banyak informasi yang kita ketahui tentang virus yang baru diidentifikasi ini," ujar peneliti utama dari Universitas Florida.

"Orthoreovirus mamalia awalnya dianggap sebagai virus ‘yatim piatu’ karena ditemukan tanpa kaitan penyakit. Namun kini, virus tersebut mulai dihubungkan dengan infeksi pernapasan, neurologis, dan gastrointestinal," imbuhnya.

Penemuan Kedua Berkat Pepper

Virus orthoreovirus ini merupakan virus kedua yang ditemukan berkat bantuan Pepper. Sebelumnya, seekor tikus lain yang ditangkap Pepper menghasilkan penemuan virus baru bernama Jeilongvirus Gainesville 1, jenis paramyxovirus yang berpotensi menginfeksi saluran pernapasan.

"Jeilongvirus tumbuh baik dalam sel hewan pengerat, manusia, dan primata nonmanusia, menjadikannya kandidat kuat untuk peristiwa zoonosis," jelas sang ahli virologi.

Meski Pepper tetap sehat dan tidak menunjukkan gejala apa pun setelah berinteraksi dengan tikus-tikus tersebut, para peneliti tetap melakukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan dampak potensial terhadap hewan peliharaan dan manusia.

Tim peneliti juga telah merilis rangkaian genom lengkap dari virus baru tersebut, yang dinamai strain UF-1, tipe 3 dari orthoreovirus mamalia tikus Gainesville.

Peran Kucing dan Dampak Lingkungan

Sang ahli virologi mengakui bahwa kucing domestik dan liar berkontribusi besar terhadap penurunan keanekaragaman hayati dunia. Sejak tahun 1600-an, kucing telah menyebabkan kepunahan puluhan spesies burung dan mamalia.

Namun dalam kasus ini, Pepper dinilai memberi manfaat besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Perannya menjadi bukti bahwa penemuan ilmiah dapat berasal dari hal-hal yang tak terduga.

"Kita tahu ada banyak virus yang belum diketahui beredar di sekitar kita, dan saya merasa seperti detektif yang sedang memburunya," ujar peneliti utama.

"Intinya, kita perlu lebih memperhatikan orthoreovirus, dan mencari tahu cara mendeteksinya secara cepat," pungkas sang ahli virologi.

Scroll to Top