Dua bintang muda, Joshua Suherman dan Sarah Beatrix, berbagi cerita seru dan menegangkan saat membintangi film horor terbaru mereka, "ARWAH". Meskipun bergenre horor, keduanya sepakat bahwa film ini menawarkan sesuatu yang berbeda dari film horor pada umumnya.
Menurut Sarah, film horor yang bagus adalah yang mampu menciptakan suasana tidak tenang bagi penonton dari awal hingga akhir, bahkan tanpa jumpscare atau musik yang mengagetkan. Sementara Joshua menekankan pentingnya cerita yang kuat. Ia mengatakan bahwa penonton tidak hanya ingin dikagetkan, tetapi juga terhibur dengan alur cerita yang solid dan eksekusi yang mengalir lancar.
Apa yang Membuat "ARWAH" Berbeda?
Sarah menjelaskan bahwa daya tarik "ARWAH" terletak pada kombinasi elemen horor dengan kehangatan keluarga. Cipratan horor yang muncul di tengah kehangatan keluarga inilah yang menciptakan rasa takut yang berbeda.
Joshua menambahkan bahwa karakter-karakter dalam film ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan terinspirasi dari masyarakat sekitar. Hal ini diharapkan dapat membuat penonton merasa relate dengan cerita yang disajikan. Joshua sendiri mengaku mendesain karakternya berdasarkan pengalamannya sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dan tulang punggung keluarga setelah ibunya menjadi single parent. Sarah juga merasa karakternya, Sofi, sangat mirip dengan dirinya sebagai anak bungsu yang dekat dengan ayah.
Kriteria Film Horor yang Bagus
Sarah berpendapat bahwa film horor yang bagus adalah yang mampu membuat penonton merasa tidak tenang sepanjang film, bahkan tanpa adanya jumpscare. Joshua menambahkan bahwa cerita yang kuat adalah kunci utama. Penonton tidak hanya ingin merasa kaget, tetapi juga ingin mendapatkan hiburan dari alur cerita yang menarik dan dieksekusi dengan baik. Ia tertarik pada proyek "ARWAH" karena sinopsisnya yang menjanjikan sesuatu yang berbeda dan tidak biasa.
Pengalaman Syuting Film Horor
Joshua mengungkapkan bahwa suasana syuting film horor sebenarnya tidak jauh berbeda dengan film genre lain. Namun, intensitas saat berakting jauh lebih tinggi. Ia bahkan harus melatih vokal setelah syuting karena banyaknya adegan teriak. Energi yang dikeluarkan untuk setiap adegan pun berkali-kali lipat lebih besar.
Sarah menambahkan bahwa ia merasa lebih lelah karena perannya sebagai sosok yang meneror kakak-kakaknya, sehingga membutuhkan persiapan make up yang lebih intensif setiap hari.
Tantangan Selama Syuting
Joshua menceritakan pengalaman sulit saat syuting adegan di ruang tamu yang melibatkan enam pemain dalam satu shot tanpa cut. Meskipun saat reading adegan tersebut terlihat mudah, namun eksekusinya sangat sulit karena mereka tidak tahu bahwa adegan tersebut akan diambil dalam satu shot saja. Hal ini membuat timing dan blocking menjadi sangat menantang.
Selain itu, adegan kecelakaan yang ada di trailer juga menjadi tantangan tersendiri karena melibatkan berbagai alat dan teknik yang rumit. Mereka bahkan harus diputar-putar seperti kebab untuk mendapatkan angle yang diinginkan.
Pengalaman Mistis Sarah
Sarah berbagi pengalaman mistis yang dialaminya saat moving ke Gunung Bundar. Saat tiba di villa yang seharusnya sudah ramai, ia justru menemukan villa tersebut kosong dan sepi. Ia bahkan merasa ada tangan yang mencoba memutar tangannya saat ia sedang beristirahat di dalam mobil. Keanehan ini semakin terasa saat ibunya secara tiba-tiba mengatakan bahwa ia melihat tangan Sarah akan diputar, padahal Sarah belum menceritakan pengalamannya tersebut.
Joshua sendiri mengaku penakut dan selalu berusaha menghindari hal-hal mistis. Ia bahkan selalu meminta ditemani saat harus berada sendirian di dalam kamar mandi saat syuting.