Skrining HPV Tetap Penting Walau Hanya Punya Satu Pasangan

Jakarta – Banyak wanita mungkin merasa tidak perlu melakukan skrining Human Papillomavirus (HPV) jika hanya memiliki satu pasangan seksual atau jika pasangannya telah lama meninggal. Namun, seorang dokter spesialis obstetri ginekologi konsultan onkologi menekankan bahwa anggapan ini keliru dan skrining HPV tetap krusial dalam pencegahan kanker serviks.

Infeksi HPV hingga berkembang menjadi kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 15 tahun. Oleh karena itu, meskipun pasangan telah lama meninggal, risiko kanker serviks tetap ada jika sebelumnya sudah terinfeksi virus.

Faktor risiko utama penularan HPV adalah melalui hubungan seksual. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual meningkatkan risiko terinfeksi, tetapi memiliki hanya satu pasangan pun tidak menjamin bebas dari virus ini.

Kanker serviks seringkali tidak menunjukkan gejala pada stadium awal. Gejala seperti nyeri panggul, perdarahan di luar siklus menstruasi atau saat berhubungan seksual, dan keputihan abnormal biasanya muncul saat kanker sudah memasuki stadium lanjut.

Data Globocan tahun 2022 menunjukkan bahwa kanker serviks merupakan kanker keempat terbanyak pada wanita di dunia dan kedua terbanyak di Indonesia. WHO mencatat bahwa pada tahun 2018, sekitar 311.000 wanita meninggal akibat kanker serviks secara global, yang berarti satu wanita meninggal setiap dua menit.

Oleh karena itu, skrining HPV sangat dianjurkan untuk deteksi dini. Salah satu metode skrining yang tersedia adalah tes HPV DNA, yang bahkan dapat dilakukan secara mandiri. Tes mandiri ini memiliki sensitivitas 90 persen dan jika hasilnya negatif, skrining dapat diulang 10 tahun kemudian.

Tes HPV mandiri diharapkan dapat meningkatkan cakupan skrining karena dapat mengurangi rasa malu yang sering menjadi penghalang bagi wanita, terutama di negara berkembang.

Skrining rutin merupakan langkah penting dalam mencegah dan memberantas kanker serviks. Jangan tunda, lakukan skrining HPV sekarang juga!

Scroll to Top