Sebuah insiden kontroversial terjadi dalam penerbangan Vueling dari Valencia menuju Paris, di mana 52 penumpang berkewarganegaraan Prancis, termasuk 44 anak-anak, dikeluarkan dari pesawat. Peristiwa ini memicu perdebatan sengit, khususnya setelah Israel menuduh bahwa pengusiran tersebut didasari oleh sentimen anti-Yahudi.
Pihak berwenang Prancis kini tengah melakukan investigasi mendalam untuk memastikan apakah agama menjadi faktor pendorong di balik pengusiran massal ini. Sementara itu, maskapai Vueling dengan tegas membantah tuduhan diskriminasi tersebut.
Menurut keterangan polisi Spanyol dan pihak maskapai, keputusan mengeluarkan para penumpang diambil lantaran perilaku mereka yang dianggap tidak tertib dan mengganggu jalannya penerbangan.
Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, telah menghubungi CEO Vueling, Carolina Martinoli, untuk menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden tersebut. Barrot meminta informasi lebih lanjut guna mengklarifikasi apakah penumpang didiskriminasi atas dasar agama. Permintaan serupa juga dilayangkan kepada Duta Besar Spanyol untuk Prancis.
Martinoli meyakinkan Barrot bahwa penyelidikan internal sedang berlangsung dan hasilnya akan dibagikan dengan otoritas Prancis dan Spanyol.
Vueling bersikukuh bahwa insiden tersebut tidak terkait dengan agama para penumpang. Mereka mengklaim bahwa pengusiran dilakukan karena anak-anak berulang kali merusak peralatan darurat pesawat dan mengabaikan instruksi keselamatan dari awak kabin.
Garda Sipil Spanyol mengamini pernyataan Vueling, menambahkan bahwa kapten pesawat memerintahkan penurunan penumpang setelah mereka terus-menerus tidak mengindahkan arahan kru. Garda Sipil juga menegaskan bahwa petugas yang bertugas tidak mengetahui afiliasi keagamaan dari kelompok tersebut.
Federasi Komunitas Yahudi Spanyol turut menyampaikan keprihatinan mereka atas insiden ini dan mendesak Vueling untuk memberikan bukti dokumenter yang jelas mengenai kejadian sebenarnya di dalam pesawat.
