Film ‘Pengepungan di Bukit Duri’ Joko Anwar Tuai Kontroversi, Ini Pembelaannya

Film terbaru Joko Anwar, ‘Pengepungan di Bukit Duri’, memicu perdebatan sengit di kalangan warganet setelah penayangan perdananya. Film yang dibintangi Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, dan Fatih Unru ini menuai kritik pedas terkait representasi isu sosial dan politik yang dianggap kurang menggigit.

Warganet ramai-ramai mengungkapkan kekecewaan mereka di media sosial. Banyak yang menilai film ini hanya mengeksploitasi kekerasan masyarakat miskin tanpa berani mengkritik elite penguasa. Kritik pedas menyebut film ini sebagai "parade fetisisasi kekerasan" yang hanya menempelkan isu rasisme secara dangkal. Bahkan, ada yang berpendapat film ini gagal menggugat kekuasaan dan menghilangkan peran negara serta militer, menjadikan brutalitas sebagai tontonan visual tanpa kedalaman etis dan historis. Film ini dituding justru memperkuat narasi bahwa kekerasan berasal dari masyarakat miskin, padahal sejarah menunjukkan sebaliknya.

Menanggapi gelombang kritik tersebut, Joko Anwar akhirnya memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa filmnya justru merupakan kritik terhadap pembiaran struktural negara, yang tentu saja mencakup negara sebagai aktor besar. Dengan menggambarkan kerusuhan sebagai siklus, ia ingin menyoroti bagaimana sistem negara yang timpang menciptakan kekacauan akibat kurangnya pendidikan, keadilan, dan keamanan.

Joko Anwar menggambarkan filmnya sebagai "film akibat", di mana brutalitas karakter adalah cermin dari luka sosial bangsa yang terbiasa menyakiti. Masyarakat yang terbentuk oleh arah kebijakan, nilai-nilai negara, dan cara bangsa ini menyikapi luka menjadi penyebab perilaku tersebut.

Terkait kritik yang beredar, Joko Anwar menekankan pentingnya dialog terbuka tanpa membungkam orang lain. Ia menganggap kritik sebagai cermin, bukan ancaman, dan mengajak masyarakat untuk berargumen secara sehat. Baginya, dialog adalah kunci untuk saling mendengarkan dan menghindari film menjadi monolog. Dengan klarifikasi ini, Joko Anwar menunjukkan keterbukaan terhadap berbagai tanggapan atas ‘Pengepungan di Bukit Duri’.

Scroll to Top