Melahirkan di usia 50 tahun bukanlah perkara mudah. Kishori, bukan nama sebenarnya, harus berjuang keras mempertahankan kehamilannya setelah didiagnosis diabetes tipe 2. Kehamilan di usia senja seperti ini memang jarang terjadi dan penuh risiko.
Tantangan Kehamilan di Usia 50
Kehamilan pada usia 50 tahun memiliki tingkat keberhasilan yang sangat rendah, bahkan dengan bantuan bayi tabung. Dibandingkan wanita usia di bawah 35 tahun, peluang keberhasilannya jauh lebih kecil. Risiko komplikasi juga meningkat, termasuk keguguran, diabetes gestasional, preeklamsia, kelahiran prematur, dan masalah pertumbuhan janin.
Perjuangan Kishori Melawan Kondisi Medis
Kishori menghadapi tantangan yang lebih besar karena memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Ia menderita diabetes tipe 2 selama lebih dari 10 tahun dan menjalani terapi insulin. Pada tahun 2018, ia didiagnosis hipertensi kronis yang berpotensi membahayakan dirinya dan bayinya. Selain itu, ia juga mengalami obesitas.
Memasuki bulan kelima kehamilan, Kishori mengalami hipotiroidisme gestasional, kondisi yang dapat memengaruhi perkembangan janin jika tidak ditangani dengan cepat. Gabungan semua kondisi ini memerlukan perawatan ekstra dari tim medis.
Perawatan Intensif Selama Kehamilan
Selama kehamilan, Kishori menjalani protokol khusus. Ia harus memantau kadar gula darahnya enam kali sehari dan tekanan darah dua kali sehari. Dosis insulinnya juga disesuaikan secara berkala oleh tim multidisiplin yang terdiri dari ahli diabetes, ahli gizi, dan dokter kandungan.
Pada usia kehamilan 27 minggu, Kishori mulai mengalami kecemasan dan depresi. Ia mendapatkan dukungan kesehatan mental yang terintegrasi dengan pemantauan fisik.
Diet Khusus dan Pemantauan Ketat
Kishori menjalani diet khusus dan disarankan untuk tidak menambah berat badan lebih dari 7-8 kg selama kehamilan untuk meminimalkan komplikasi. Pemindaian dan tes darah rutin juga dilakukan untuk memastikan pertumbuhan bayi tetap normal.
Persalinan Penuh Risiko
Tantangan terbesar bagi Kishori adalah proses persalinan. Usia dan riwayat kesehatannya meningkatkan risiko pembekuan darah yang bisa berdampak selama dan setelah operasi.
Untuk mengurangi risiko ini, ia mendapatkan pengencer darah setiap hari. Namun, ini juga dapat menyebabkan komplikasi lain, yaitu risiko perdarahan berlebihan selama operasi. Penghentian sementara obat pengencer darah dan pemberian plasma beku segar selama operasi menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini.
Kishori dirawat di rumah sakit pada usia kehamilan 37 minggu 4 hari untuk menjalani operasi caesar elektif. Operasi ini tetap berisiko karena plasentanya terletak rendah dan melekat secara tidak normal.
Untungnya, komplikasi yang tidak diinginkan dapat dihindari. Kishori sempat kehilangan banyak darah selama persalinan, tetapi berhasil ditangani dengan transfusi darah setelah melahirkan.
Kishori akhirnya melahirkan anak pertamanya setelah berjuang melawan berbagai komplikasi. Ia sangat berterima kasih kepada tim dokter yang telah membantunya mewujudkan impiannya menjadi seorang ibu di usia 50 tahun. Kisahnya adalah inspirasi bagi wanita yang menghadapi tantangan serupa.