Kepemimpinan, seringkali dianggap sebagai beban berat yang memicu stres. Siapa sangka, tekanan ini ternyata juga dialami oleh makhluk hidup lain, bahkan burung! Studi terbaru mengungkap bahwa ketika seekor burung berusaha memimpin kelompoknya, tubuhnya mengalami tekanan fisiologis yang signifikan.
Bagaimana cara burung mengambil keputusan bersama? Ternyata, sistemnya mirip pemungutan suara. Seekor burung mungkin mencoba menjauh dari kelompok, mencari sumber makanan. Jika cukup banyak anggota kelompok yang mengikuti, maka kelompok akan bergerak ke arah tersebut. Sebaliknya, jika tidak ada yang mengikuti, burung tersebut akan kembali ke kelompok.
Namun, menjadi pemimpin ternyata bukan hanya soal keberanian. Burung yang mencoba mengarahkan kelompoknya mengalami lonjakan detak jantung yang signifikan, jauh melampaui peningkatan yang disebabkan oleh aktivitas fisik semata.
Stres Berat Saat Gagal Memimpin
Penelitian ini menemukan bahwa stres terbesar muncul ketika burung mencoba memimpin saat kelompok tidak sepakat. Saat perbedaan pendapat tinggi, detak jantung burung melonjak drastis, terutama ketika upaya memimpinnya gagal. Selain detak jantung, indikator stres lain seperti variabilitas detak jantung juga menurun, menandakan tekanan fisiologis yang tinggi.
Bergerak Bersama Juga Bikin Stres
Uniknya, stres tidak hanya muncul saat mencoba memimpin. Sekadar bergerak mengikuti kelompok juga meningkatkan tekanan fisiologis. Upaya menjaga kohesi dan koordinasi dalam kelompok membuat detak jantung burung meningkat dibandingkan saat bergerak sendiri.
Bayangkan, seperti saat berkumpul dengan teman dan sulit memutuskan tempat makan malam karena perbedaan selera.
Biaya Emosional Lebih Mahal dari Fisik
Salah satu temuan paling mengejutkan adalah kegagalan memimpin bisa meningkatkan detak jantung hingga 115 denyut per menit. Sebagai perbandingan, peningkatan kecepatan berjalan hanya menaikkan detak jantung sebesar 0,4 denyut per menit. Artinya, biaya emosional akibat kegagalan memimpin 200 kali lebih tinggi daripada beban fisik berjalan lebih cepat!
Awalnya, peneliti menduga bahwa burung di tepi kelompok akan lebih stres karena lebih rentan terhadap predator. Namun, data menunjukkan hal sebaliknya. Posisi dalam kelompok tidak terlalu berpengaruh dibandingkan tekanan akibat peran sebagai pemimpin.
Tidak Semua Burung Ingin Jadi Pemimpin
Dari temuan ini, tampak bahwa kepemimpinan dalam kelompok burung adalah strategi situasional. Seekor burung bisa memilih memimpin hari ini dan mengikuti besok, tergantung kondisi dan risiko yang dihadapi.
Meskipun memimpin bisa memberikan keuntungan, risikonya juga besar saat anggota kelompok tidak setuju. Ini membuat banyak burung memilih aman di tengah kelompok daripada menanggung beban kepemimpinan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal sosial, tapi juga beban fisik yang nyata. Stres yang dialami pemimpin, bahkan dalam dunia burung, bisa menjelaskan mengapa banyak spesies, termasuk manusia, bergantian peran sebagai pemimpin dan pengikut.