Menteri Israel Meradang: Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Dilonggarkan

Jakarta – Seorang menteri Israel mengungkapkan kemarahannya atas kebijakan pemerintah yang melonggarkan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ia merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tersebut.

Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel, mengkritik keras keputusan pemerintah yang meningkatkan volume bantuan yang masuk ke Gaza. Menurutnya, tindakan ini sama saja dengan menyerah kepada Hamas.

Ben-Gvir juga merasa tersinggung karena tidak diajak berunding mengenai peningkatan bantuan ini. Ia menyatakan bahwa dirinya baru mengetahui keputusan tersebut dari sumber di Kantor Perdana Menteri saat Sabat.

"Mereka tahu betul bahwa sebagai Menteri Keamanan Nasional, saya selalu siap sedia untuk setiap acara dan konsultasi keamanan penting, bahkan pada hari Sabat," tegas Ben-Gvir.

Ben-Gvir, yang dikenal dengan pandangan garis kerasnya terkait agresi di Gaza, berpendapat bahwa pelonggaran bantuan adalah bentuk "penyerahan diri" yang membahayakan tentara Israel dan menunda pembebasan sandera yang tersisa.

"Satu-satunya cara untuk memenangkan perang dan memulangkan para sandera adalah dengan menghentikan total bantuan kemanusiaan, menguasai seluruh Jalur Gaza, dan mendorong migrasi sukarela," ujarnya.

Militer Israel sendiri telah mengumumkan pembukaan koridor bantuan kemanusiaan ke Gaza dan penghentian operasi tempur di wilayah tertentu. Langkah ini diambil setelah Israel menerima kecaman internasional atas krisis kelaparan yang melanda Gaza.

Israel memberlakukan blokade bantuan ke Gaza selama 11 minggu sejak Maret. Distribusi kembali dibuka pada akhir Mei melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung oleh AS dan Israel.

Tragisnya, lebih dari 1.000 warga Palestina tewas saat mencoba mengakses bantuan yang disalurkan GHF akibat tembakan dari militer Israel.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai kelompok aktivis telah berulang kali memperingatkan tentang meluasnya kelaparan di Gaza.

Agresi Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 59 ribu warga Palestina tewas, sebagian besar warga sipil, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Scroll to Top