Jakarta – Kabar baik bagi perekonomian Indonesia! Kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) diprediksi akan membuka peluang kerja yang signifikan. Hal ini didukung oleh tarif impor yang lebih kompetitif dibandingkan beberapa negara ASEAN lainnya.
Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), mengungkapkan bahwa Vietnam dan Taiwan menunjukkan minat untuk memindahkan basis produksinya ke Indonesia. Pertimbangan utamanya adalah perbedaan tarif impor yang cukup besar. AS mengenakan tarif impor sebesar 20% untuk Vietnam dan 32% untuk Taiwan.
"Tarif 19% ini, dengan berbagai detail pendukungnya, akan memberikan dampak positif bagi perekonomian kita. Lapangan kerja akan bertambah, dan banyak perusahaan dari Vietnam serta Taiwan tertarik untuk relokasi karena perbedaan 1% saja sudah sangat berarti," ujarnya saat acara di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan.
Keunggulan lain yang dimiliki Indonesia adalah kekayaan sumber daya alam (SDA). Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi perusahaan asing untuk memindahkan pabriknya ke tanah air. Sektor pertambangan Indonesia, misalnya, kaya akan mineral-mineral penting.
"Kita memiliki banyak sekali potensi, mulai dari critical mineral, rare earth, rumput laut, dan lain sebagainya," jelasnya.
Luhut menekankan bahwa tidak ada alasan yang menghalangi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia bahkan optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai angka 7-8% pada tahun 2029-2030.
"Kecuali jika kita tidak serius dalam melihat masalah, tidak detail dalam pengerjaannya, tidak membangun kekompakan, dan saling menyalahkan. Jika itu terjadi, yang menjadi korban adalah rakyat," pungkasnya.