Kasus Hepatitis di Kota Batu Menunjukkan Tren Beragam di Tahun 2025

Kota Batu mencatatkan dinamika menarik terkait kasus hepatitis. Meskipun kasus hepatitis A dan B mengalami penurunan di tahun 2025, kemunculan kasus hepatitis C menjadi perhatian khusus.

Dinas Kesehatan Kota Batu mencatat 257 kasus hepatitis sepanjang tahun 2024. Rinciannya adalah 29 kasus hepatitis A, 228 kasus hepatitis B (termasuk 13 ibu hamil), dan nihil kasus hepatitis C.

Memasuki tahun 2025, dari Januari hingga pertengahan Juli, tercatat 115 kasus. Hepatitis A turun signifikan menjadi tiga kasus, dan hepatitis B menjadi 103 kasus (termasuk 11 ibu hamil). Namun, yang mengejutkan, muncul sembilan kasus hepatitis C.

Kemunculan hepatitis C menjadi perhatian karena jenis ini belum memiliki vaksin dan sering terdeteksi saat sudah kronis.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, penurunan kasus Hepatitis A dan B adalah kabar baik, menandakan upaya pencegahan mulai membuahkan hasil. Namun, kemunculan kasus Hepatitis C tidak boleh diabaikan.

Hepatitis B masih menjadi jenis yang paling banyak ditemukan di Kota Batu. Kasus pada ibu hamil menjadi perhatian karena penularan dari ibu ke bayi dapat terjadi jika tidak ditangani dengan serius. Skrining dan pendampingan terus digencarkan.

Upaya pencegahan terus dilakukan melalui edukasi gaya hidup bersih dan sehat, vaksinasi Hepatitis A dan B, serta deteksi dini di fasilitas kesehatan. Puskesmas didorong untuk aktif melakukan pemeriksaan hepatitis, terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil dan pekerja medis.

Penyuluhan tentang pola hidup sehat, penggunaan alat medis steril, dan pengawasan praktik pengobatan alternatif tanpa standar medis juga digalakkan, mengingat hepatitis C banyak ditularkan melalui darah, termasuk penggunaan jarum suntik yang tidak steril.

Penurunan kasus hepatitis A dikaitkan dengan perbaikan perilaku hidup bersih masyarakat serta peningkatan akses air bersih. Hepatitis A umumnya menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus.

Meskipun kasus hepatitis B masih cukup tinggi, tren penurunannya memberikan harapan. Dari 228 kasus pada 2024, kini menjadi 103 kasus hingga pertengahan Juli 2025.

Setiap 28 Juli diperingati sebagai Hari Hepatitis Sedunia (HHS). Tema global tahun ini adalah ‘Hepatitis: Let’s Break It Down!’, dengan semangat lokal ‘Bergerak Bersama, Putuskan Penularan Hepatitis’.

Peringatan HHS 2025 menyoroti urgensi upaya global untuk meningkatkan kesadaran publik, memperluas akses pengujian dan pengobatan, serta integrasi layanan ke dalam sistem kesehatan nasional dengan tujuan mengeliminasi hepatitis sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada 2030.

Pemeriksaan hepatitis dini dapat menyelamatkan nyawa. Diharapkan semakin banyak orang mengetahui status kesehatannya sehingga dapat segera ditangani.

Deteksi dini, layanan yang mudah dijangkau, vaksinasi, hingga edukasi harus dilakukan serentak, termasuk menjangkau kelompok yang paling rentan seperti ibu hamil, bayi baru lahir, komunitas dengan risiko tinggi, dan masyarakat terpencil.

Hepatitis B dan C dapat menular dari ibu ke anak selama proses persalinan. Jika ibu positif hepatitis B dan memiliki viral load tinggi, kemungkinan bayi tertular bisa mencapai 90 persen.

Infeksi pada anak-anak seringkali tanpa gejala. Padahal, 95 persen infeksi hepatitis B pada balita berujung kronis dan berisiko tinggi berkembang menjadi sirosis hingga kanker hati di usia muda.

Pemberian vaksin HBV dan imunoglobulin dalam 12 jam pertama setelah lahir wajib dipastikan, terutama jika ibu diketahui positif hepatitis B. Vaksin ini menjadi tameng utama, karena hepatitis C yang belum memiliki vaksin masih menjadi ancaman nyata.

Gejala awal hepatitis meliputi lelah ekstrem, mual, urine gelap, dan nyeri perut bagian atas. Jika dibiarkan, hepatitis kronis dapat berkembang menjadi sirosis, gagal hati, hingga kanker hati.

Penularan hepatitis dapat dicegah. Hepatitis A dan E menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi, sedangkan hepatitis B, C, dan D menular melalui darah atau cairan tubuh, seperti melalui jarum suntik, hubungan seksual, transfusi darah, hingga peralatan medis yang tidak steril.

Scroll to Top