Kota Batu kini menghadapi tantangan baru dalam penanganan hepatitis. Jika tahun sebelumnya kasus hepatitis C nihil, kini jenis penyakit ini mulai terdeteksi. Sementara itu, kasus hepatitis A dan B yang sebelumnya umum ditemukan justru mengalami penurunan.
Menurut data terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Batu, hingga pertengahan Juli 2025, tercatat 115 kasus hepatitis. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan pada hepatitis A (3 kasus) dan hepatitis B (103 kasus, termasuk 11 ibu hamil). Namun, kemunculan 9 kasus hepatitis C menjadi sorotan utama.
Hepatitis C menjadi perhatian khusus karena belum ada vaksin yang tersedia dan seringkali terdeteksi saat sudah kronis. Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu mengungkapkan rasa syukur atas penurunan kasus hepatitis A dan B, yang menunjukkan efektivitas upaya pencegahan. Namun, kemunculan hepatitis C tidak boleh diabaikan.
Hepatitis B masih menjadi jenis yang paling banyak ditemukan, terutama pada ibu hamil. Penularan dari ibu ke bayi menjadi perhatian serius dan memerlukan penanganan intensif melalui skrining dan pendampingan.
Berbagai upaya pencegahan terus digalakkan, termasuk edukasi gaya hidup bersih dan sehat, vaksinasi hepatitis A dan B, serta deteksi dini di fasilitas kesehatan. Puskesmas didorong untuk aktif melakukan pemeriksaan hepatitis, khususnya pada kelompok rentan seperti ibu hamil dan pekerja medis. Penyuluhan tentang pola hidup sehat, penggunaan alat medis steril, dan pengawasan praktik pengobatan alternatif tanpa standar medis juga ditingkatkan, mengingat hepatitis C banyak ditularkan melalui darah, termasuk penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Penurunan kasus hepatitis A dikaitkan dengan peningkatan perilaku hidup bersih masyarakat dan akses air bersih. Hal ini membuktikan bahwa tindakan sederhana seperti mencuci tangan dan memilih tempat makan yang bersih memiliki dampak besar.
Meskipun kasus hepatitis B masih cukup tinggi, tren penurunannya memberikan harapan. Pemerintah optimis dapat menekan angka ini lebih jauh dengan kerjasama aktif dari masyarakat dalam melakukan pemeriksaan rutin.
Setiap tanggal 28 Juli diperingati sebagai Hari Hepatitis Sedunia, dengan fokus pada peningkatan kesadaran publik, akses pengujian dan pengobatan, serta integrasi layanan ke dalam sistem kesehatan nasional. Tujuan akhirnya adalah mengeliminasi hepatitis sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030.
Deteksi dini sangat penting karena hepatitis B dan C dapat menular dari ibu ke anak selama proses persalinan. Jika ibu positif hepatitis B dengan viral load tinggi, risiko penularan pada bayi bisa mencapai 90 persen. Infeksi pada anak-anak seringkali tanpa gejala, namun 95 persen infeksi hepatitis B pada balita dapat berkembang menjadi kronis dan berisiko tinggi menjadi sirosis hingga kanker hati di usia muda. Vaksin HBV dan imunoglobulin dalam 12 jam pertama setelah lahir sangat penting, terutama jika ibu positif hepatitis B.
Gejala awal hepatitis seringkali tidak spesifik, seperti lelah ekstrem, mual, urine gelap, dan nyeri perut bagian atas. Jika dibiarkan, hepatitis kronis dapat berkembang menjadi sirosis, gagal hati, hingga kanker hati.
Pencegahan penularan hepatitis dapat dilakukan dengan menghindari makanan dan air yang terkontaminasi untuk hepatitis A dan E, serta menghindari penularan melalui darah atau cairan tubuh (jarum suntik, hubungan seksual, transfusi darah, peralatan medis tak steril) untuk hepatitis B, C, dan D.