Trump Beri Rusia Tenggat Waktu Singkat untuk Akhiri Konflik Ukraina

Presiden AS Donald Trump menetapkan ultimatum tegas: Rusia memiliki waktu 10 hingga 12 hari untuk menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengakhiri perang di Ukraina. Jika tidak, Moskow akan menghadapi konsekuensi berat. Pernyataan ini mencerminkan meningkatnya frustrasi terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin atas konflik yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun tersebut.

Trump mengancam sanksi terhadap Rusia dan negara-negara yang membeli ekspornya jika tidak ada perkembangan positif. Tenggat waktu yang diperpendek ini menandakan bahwa Trump siap mengambil tindakan nyata setelah sebelumnya terlihat ragu-ragu.

Saat berada di Skotlandia, tempat ia bertemu dengan para pemimpin Eropa dan bermain golf, Trump mengungkapkan kekecewaannya terhadap Putin. Ia memperpendek tenggat waktu yang sebelumnya ditetapkan 50 hari menjadi hanya beberapa hari saja.

"Saya akan memberikan tenggat waktu baru sekitar… 10 atau 12 hari dari sekarang," kata Trump kepada wartawan saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. "Tidak ada alasan untuk menunggu… Kita tidak melihat kemajuan apa pun."

Trump mengisyaratkan bahwa ia tidak berminat untuk negosiasi lebih lanjut dengan Putin. Ia menegaskan bahwa sanksi dan tarif akan digunakan sebagai hukuman bagi Moskow jika tidak memenuhi tuntutan AS.

"Tidak ada alasan untuk menunggu. Jika Anda tahu jawabannya, mengapa menunggu? Dan itu akan berupa sanksi dan mungkin tarif, tarif sekunder," tegas Trump. "Saya tidak ingin melakukan itu terhadap Rusia. Saya mencintai rakyat Rusia."

Kremlin belum memberikan komentar resmi terkait peringatan dan tenggat waktu yang diberikan oleh Trump. Sementara itu, Ukraina menyambut baik pernyataan tersebut.

"Terima kasih Presiden Trump karena bersikap teguh dan menyampaikan pesan perdamaian yang jelas melalui kekuatan," ujar kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak.

Trump telah berulang kali menyuarakan kekesalannya terhadap Putin karena terus menyerang Ukraina, meskipun ada upaya AS untuk mengakhiri perang. Ia menyoroti keberhasilannya dalam menengahi perjanjian damai di belahan dunia lain dan merasa tersanjung oleh saran agar ia dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian.

Ukraina telah mengusulkan pertemuan puncak antara Putin dan Zelensky sebelum akhir Agustus. Namun, Kremlin menganggap tenggat waktu tersebut tidak realistis dan menyatakan bahwa pertemuan hanya dapat terjadi sebagai langkah terakhir untuk mencapai perdamaian.

Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa jika Barat menginginkan perdamaian sejati dengan Ukraina, mereka harus menghentikan pasokan senjata ke Kyiv.

Scroll to Top