Film "Believe" menawarkan perspektif baru tentang perang, bukan hanya soal pertempuran, tetapi juga dampaknya pada keluarga yang ditinggalkan. Berlatar belakang Operasi Seroja 1975 di Timor Timur, film ini mengisahkan Agus, yang tumbuh di bawah didikan keras ayahnya, Sersan Kepala Dedi, seorang veteran perang.
Awalnya, mungkin ada yang meragukan dan menganggap "Believe" sebagai film propaganda. Namun, film ini ternyata berbeda. Dari segi sinematografi, efek suara, karakter, dan drama, "Believe" hadir dengan kualitas yang memukau. Bahkan, sang sutradara, Rahabi Mandra dan Tri Wardhana, meraih penghargaan Best Director di Montreal International Film Festival 2025.
Film ini menggambarkan keberangkatan prajurit TNI ke Timor Timur pada Desember 1975, dengan target mengusir kelompok Falintil. Adegan peperangan yang kejam dan tanpa ampun divisualisasikan dengan sangat natural, memperlihatkan bagaimana banyak prajurit gugur dalam pertempuran. Dampak perang tidak hanya terlihat dari aksi fisik, tetapi juga dari momen-momen sunyi yang dialami setiap karakter.
Untuk menghadirkan setting yang realistis, tim produksi menggunakan KRI Teluk Amboina-503, helikopter, pesawat Hercules C-130 dan T-138, serta Dakota C-47. Seragam prajurit pun dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan yang digunakan dalam Operasi Seroja.
Film ini menyoroti pengorbanan bukan hanya para prajurit di medan perang, tetapi juga keluarga yang ditinggalkan. Istri, anak-anak, dan orang tua harus menghadapi ketidakpastian dan kecemasan. Nyali, mental, dan kesetiaan para prajurit diuji, sementara keluarga di rumah harus menghadapi berbagai kesulitan.
Kisah Serka Deddy Unadi adalah salah satu contohnya. Istrinya tidak tahan menghadapi kondisi yang sulit dan meninggalkan dirinya serta anak-anaknya, termasuk Agus yang masih berusia 5 tahun. Konflik, luka, dan trauma masa kecil mewarnai perjalanan hidup Agus. Namun, ia mampu bangkit dan menunjukkan prestasi, serta mendekatkan diri kepada Tuhan.
"Believe" juga menggambarkan perjalanan hidup Agus hingga mencapai posisi puncak sebagai Panglima TNI pada November 2023. Dari seorang yang pernah ditolak menjadi satpam, ia berhasil meraih kesuksesan berkat kerja keras dan keyakinan.
Film ini juga menyinggung tentang ‘diplomasi sayuran’ yang dijalankan Agus untuk memikat hati calon ibu mertua dan gadis pujaannya saat bertugas di Garut. Selain itu, penonton juga akan memahami relasi Agus dengan Prabowo Subianto, yang telah dikenalnya sejak Prabowo masih menjadi Komandan Bataliyon Infantri Lintas Udara 328.