Rencana PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk membeli 50 unit pesawat Boeing dari Amerika Serikat (AS) kembali menjadi sorotan. Pembelian ini awalnya terkait dengan kesepakatan tarif resiprokal yang dinegosiasikan oleh Presiden Donald Trump, dengan tujuan menurunkan tarif impor hingga 19%.
CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa kesepakatan antara Garuda dan Boeing sebenarnya sudah terjalin jauh sebelum negosiasi tarif dengan AS dan sebelum pandemi COVID-19 melanda.
"Kesepakatan antara Boeing dan Garuda mengenai pembelian sekitar 50 pesawat itu sudah ada sebelum COVID," ujar Rosan kepada wartawan.
Namun, dari kesepakatan tersebut, Garuda baru menerima satu unit pesawat Boeing. Sisanya, 49 unit, belum terealisasi, bahkan belum dipesan.
Saat ini, Garuda dan Boeing sedang berdiskusi mengenai kelanjutan komitmen pembelian tersebut. Proses pembuatan pesawat hingga siap beroperasi membutuhkan waktu sekitar 6-7 tahun.
"Boeing sudah bertemu dengan Garuda dan kami untuk membahas kelanjutannya. Pengiriman pesawat baru dari Boeing saat ini paling cepat tahun 2031-2032," jelas Rosan.
Dalam diskusi ini, Garuda berupaya mendapatkan kesepakatan baru yang lebih menguntungkan.
"Kita punya komitmen untuk membeli 50 pesawat, sudah ditandatangani. Tapi, kita akan coba re-negosiasi lagi terkait syarat dan ketentuannya agar lebih baik," pungkasnya.