Legenda Hollywood, Bruce Willis, tengah berjuang melawan demensia frontotemporal (FTD), penyakit yang mempengaruhi kemampuan bicara dan geraknya. Aktor kawakan ini didiagnosis dengan afasia pada tahun 2022, yang kemudian berkembang menjadi FTD, sebuah kondisi neurologis progresif yang berdampak pada kepribadian, kemampuan berbahasa, dan keterampilan motorik.
Menanggapi rumor yang beredar tentang kondisi kesehatan Willis, istrinya, Emma Heming Willis, menegaskan bahwa tidak semua berita yang bersumber dari "orang dekat keluarga" dapat dipercaya.
Apa itu Demensia Frontotemporal (FTD)?
Demensia frontotemporal (FTD), atau degenerasi frontotemporal, adalah sekelompok gangguan neurodegeneratif yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf di lobus frontal dan temporal otak. Area ini memainkan peran penting dalam mengatur kepribadian, emosi, bahasa, dan gerakan. Kerusakan ini menyebabkan penyusutan (atrofi) dan hilangnya konektivitas di area otak yang terdampak, memicu gangguan kognitif dan perilaku.
FTD adalah jenis demensia yang lebih jarang dibandingkan Alzheimer, tetapi cenderung lebih berbahaya. Tidak seperti Alzheimer yang umum pada usia lanjut, FTD sering menyerang individu berusia 45 hingga 65 tahun, meskipun bisa terjadi lebih awal atau lebih lambat. FTD diperkirakan menyumbang sekitar 10-20 persen dari seluruh kasus demensia, dan merupakan bentuk demensia yang paling umum pada orang di bawah usia 60 tahun.
Faktor Risiko Demensia Frontotemporal (FTD)
Faktor risiko FTD meliputi riwayat keluarga dengan FTD, terutama jika orang tua atau saudara kandung mengalami kondisi serupa. Mutasi genetik dan riwayat trauma kepala juga dapat meningkatkan risiko. Meskipun beberapa kasus bersifat familial dan berkaitan dengan gen tertentu, sebagian besar kasus FTD dianggap sporadis, atau muncul tanpa riwayat keluarga yang jelas.
Usia juga merupakan faktor penting, dengan FTD paling umum terjadi pada rentang usia 40 hingga 65 tahun. Selain itu, gaya hidup atau riwayat cedera kepala mungkin turut berperan dalam meningkatkan risiko.
Secara biologis, FTD seringkali disebabkan oleh penumpukan protein abnormal di dalam sel-sel otak, seperti protein tau atau TDP-43, yang memicu kematian sel dan penyusutan (atrofi) pada bagian lobus otak tertentu. Diperkirakan sekitar 30 hingga 50 persen kasus FTD melibatkan komponen genetik. Beberapa mutasi gen yang diketahui berperan antara lain MAPT, PGRN, dan C9ORF72, yang merupakan penyebab umum dalam kasus-kasus familial.