MADIUN – Guna menjawab kekhawatiran masyarakat terkait risiko tuberkulosis (TBC) pada anak, mahasiswa KKN BBK Universitas Airlangga angkatan ke-6 sukses melaksanakan program intervensi kesehatan bernama "SMART-TB" di Kabupaten Madiun. Bekerjasama dengan Puskesmas Saradan dan Polindes Sugihwaras, inisiatif ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat serta melakukan deteksi dini TBC pada kelompok usia balita.
Kegiatan yang berlangsung di Balai Pertemuan Warga Desa Sugihwaras ini dihadiri oleh puluhan ibu dan anak-anak. Program ini secara khusus menyasar balita dengan status gizi kurang (underweight) dan wasting, mengingat kelompok ini memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi bakteri TBC. Tujuan utama program ini adalah memberikan penyuluhan mengenai bahaya TBC pada anak, tanda dan gejala yang perlu diperhatikan, serta pentingnya pemeriksaan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat kontak dengan penderita TB.
Program SMART-TB (Sosialisasi Risiko Tuberkulosis pada Anak) ini dirancang secara sistematis. Kegiatan dimulai dengan sesi edukasi interaktif yang disampaikan oleh tenaga medis dari Puskesmas Saradan, membahas tuntas bahaya, gejala, dan cara pencegahan TBC pada anak.
"Program SMART-TB ini adalah wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat," ujar Ketua Pelaksana dari kalangan mahasiswa. "Kami berharap program KKN ini tidak hanya bersifat seremonial, namun memberikan solusi konkret terhadap masalah yang ada di masyarakat, terutama masalah kesehatan anak di Desa Sugihwaras."
Setelah sesi edukasi, kegiatan dilanjutkan dengan pemeriksaan meliputi riwayat kontak dan gejala klinis. Puncaknya adalah pelaksanaan Tes Mantoux (TST) gratis bagi balita yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Di akhir acara, dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa susu khusus untuk mendukung kebutuhan gizi balita. Antusiasme para ibu yang hadir menunjukkan besarnya kebutuhan akan informasi dan layanan kesehatan seperti ini.
Pihak Puskesmas Saradan dan Polindes Sugihwaras menyambut baik kolaborasi ini. Bidan Desa Sugihwaras, Nanin Sukmawati, menekankan pentingnya sinergi dengan akademisi. "Kami sangat mengapresiasi inisiatif dari para mahasiswa. Mereka membantu kami memperluas jangkauan edukasi dan pemeriksaan di tingkat desa. Deteksi dini adalah kunci utama dalam penanganan TBC pada anak, dan program ini sangat mendukung upaya tersebut," jelasnya.
Diharapkan, keberhasilan program ini tidak hanya berhenti pada hari pelaksanaan, tetapi juga memicu kesadaran jangka panjang di masyarakat untuk terus waspada terhadap TBC. Program yang diinisiasi oleh para mahasiswa ini diharapkan menjadi langkah awal untuk memutus rantai penularan TBC di tingkat keluarga dan meningkatkan kualitas kesehatan anak-anak di Desa Sugihwaras.