Para aktivis yang berada di kapal Handala, bagian dari Koalisi Armada Kebebasan yang berupaya menembus blokade Gaza dengan membawa bantuan kemanusiaan, menolak menandatangani dokumen deportasi yang diajukan oleh otoritas Israel. Sebagai bentuk protes atas penahanan mereka, mereka melanjutkan aksi mogok makan tanpa batas waktu.
Menurut laporan, para aktivis, termasuk sukarelawan perempuan, mengeluhkan kondisi penahanan yang tidak layak. Mereka melaporkan kurangnya ventilasi yang memadai dan minimnya perlengkapan kebersihan dasar.
Komite Internasional untuk Mematahkan Pengepungan di Gaza menyatakan bahwa dalam sidang dengar pendapat yang berlangsung selama enam jam, ke-14 aktivis yang ditahan dengan tegas menolak proses deportasi kilat. Mereka menolak menandatangani perjanjian apapun yang mengkompromikan tujuan misi kemanusiaan mereka, yakni menentang blokade dan tindakan yang mereka sebut sebagai genosida di Gaza.
Salah satu aktivis, pembela hak asasi manusia asal AS, Chris Smalls, dikabarkan mengalami kekerasan fisik yang brutal oleh pasukan Israel saat penangkapan.
Para aktivis perempuan yang ditahan melaporkan pengalaman yang mengerikan terkait kondisi penahanan, termasuk suhu panas akibat kurangnya ventilasi dan fasilitas sanitasi yang tidak memadai bagi kebutuhan perempuan.
Seluruh aktivis saat ini tengah melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes terhadap penahanan paksa mereka. Beberapa dari mereka dikabarkan mendapat tekanan untuk melepaskan hak mereka atas pendampingan hukum.