Iran Siap Berikan Balasan Lebih Keras Jika AS dan Israel Kembali Menyerang

Teheran memperingatkan akan memberikan respons yang lebih dahsyat kepada Amerika Serikat dan Israel jika mereka sekali lagi menyerang wilayahnya. Peringatan ini diungkapkan setelah adanya ancaman dari mantan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan akan melenyapkan program nuklir Iran jika aktivitas pengayaan uranium dilanjutkan.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa jika agresi terjadi lagi, Iran tidak akan ragu untuk membalas dengan cara yang lebih tegas dan sulit untuk diatasi. Ia menambahkan bahwa solusi militer tidak akan efektif jika kekhawatiran terkait kemungkinan penyimpangan program nuklir Iran untuk tujuan non-damai masih ada. Menurutnya, negosiasi adalah jalan yang lebih baik.

Ketegangan antara Iran dan kedua negara sekutu tersebut meningkat setelah serangkaian serangan militer yang dilakukan oleh Israel dan AS sebelumnya. Israel melancarkan pengeboman terhadap fasilitas nuklir Iran dengan alasan mencegah Teheran memiliki senjata nuklir. Kemudian, Amerika Serikat turut melancarkan serangan udara yang menyasar sejumlah fasilitas penting Iran.

Meskipun tingkat kerusakan akibat serangan tersebut belum diketahui secara pasti, negosiasi nuklir antara AS dan Iran yang telah dimulai sejak April terhambat. Iran membalas dengan meluncurkan rudal ke beberapa kota di Israel dan pangkalan militer AS di Qatar.

Trump, saat berkunjung ke Skotlandia, kembali mengancam Iran dan mengklaim bahwa serangan militer AS sebelumnya telah berhasil melenyapkan potensi nuklir Iran. Ia menambahkan bahwa jika Iran memulai lagi program tersebut, AS akan menghapusnya lebih cepat.

Perbedaan pandangan mengenai program pengayaan uranium menjadi sumber ketegangan antara kedua negara. Iran menganggap pengayaan uranium adalah hak yang tidak dapat dinegosiasikan, sementara AS melihatnya sebagai peringatan.

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mencatat bahwa Iran saat ini adalah satu-satunya negara non-nuklir yang memperkaya uranium hingga kadar 60 persen, yang hanya selangkah lagi menuju level 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.

Iran membantah tengah mengembangkan bom nuklir, tetapi bersedia berdiskusi soal tingkat dan kecepatan pengayaan uranium, namun menolak untuk membahas hak pengayaan itu sendiri. Araghchi menegaskan bahwa Iran tidak akan mengabaikan investasi besar-besaran dalam teknologi dalam negeri dan damai hanya karena intimidasi asing.

Scroll to Top