IHSG Terperosok Lebih dari 1%, Saham Perbankan Jadi Beban Utama

Jakarta, Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan sesi kedua hari ini, Rabu (30/7/2025). Pada pukul 15.20 WIB, IHSG merosot 1,01% atau 77,29 poin, mencapai level 7.540,62. Penurunan ini berbanding terbalik dengan pembukaan pasar yang sempat menguat 0,32% ke level 7.642,25.

Aktivitas perdagangan menunjukkan 267 saham mengalami kenaikan, sementara 345 saham menurun, dan 191 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 11,97 triliun dengan volume 25,34 miliar saham dalam 1,58 juta transaksi.

Sektor perdagangan mayoritas mengalami pelemahan, dengan sektor utilitas, finansial, dan bahan baku mencatatkan koreksi terdalam.

Saham-saham perbankan besar dan emiten konglomerasi menjadi faktor utama yang menekan kinerja IHSG. BBRI, BMRI, dan BBCA kompak mencatatkan penurunan, dengan kontribusi terhadap pelemahan indeks masing-masing sebesar 21,42, 7, dan 3,57 poin.

Selain itu, saham emiten asuransi Grup Sinar Mas (SMMA) juga menjadi pemberat utama, turun 12,36% dan menekan IHSG sebesar 19 poin. Saham emiten Grup Barito Prajogo Pangestu, Chandra Daya Investasi (CDIA), juga mengalami penurunan tajam sebesar 9,29% dan menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) di Rp 1.660 per saham, berkontribusi terhadap penurunan indeks sebesar 5,17 poin.

Emiten lainnya seperti MDKA, AMMN, AMRT, BYAN, dan BREN juga turut menekan kinerja IHSG.

Di tingkat regional, pasar Asia-Pasifik dibuka bervariasi di tengah pernyataan mengenai potensi pengenaan tarif dari Amerika Serikat kepada mitra dagangnya. Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka datar, sementara Topix naik tipis 0,1%. Kospi Korea Selatan menguat 0,48% dan Kosdaq bertambah 0,42%. Sebaliknya, S&P/ASX 200 Australia melemah 0,19%.

Fokus pasar global juga tertuju pada pengumuman kebijakan suku bunga The Fed dan data ekonomi penting dari AS. Dari dalam negeri, pemerintah mencatatkan realisasi investasi yang kuat di paruh pertama tahun 2025, mencapai hampir setengah dari target tahunan. Revisi ke atas proyeksi pertumbuhan dari Dana Moneter Internasional (IMF) diharapkan memberikan sentimen positif bagi Indonesia.

Scroll to Top