Jet tempur JAS 39C/D Gripen buatan Swedia dikerahkan oleh militer Thailand dalam konflik bersenjata dengan Kamboja pekan lalu. Ini menjadi momen pertama kalinya jet tempur tersebut digunakan dalam pertempuran sesungguhnya.
Menurut laporan media lokal, Bangkok Post, dua jet Gripen diterbangkan bersamaan dengan pesawat F-16 Fighting Falcon yang lebih lawas. Operasi tersebut dikabarkan sukses dan seluruh pesawat berhasil kembali ke pangkalan dengan aman.
Jet-jet tempur ini digunakan Thailand untuk membalas serangan artileri Kamboja yang menargetkan posisi Thailand di sepanjang garis perbatasan.
Gripen, yang dikembangkan oleh perusahaan senjata Swedia SAAB AB dengan konsep Smart Fighter, didesain untuk peperangan yang terintegrasi dengan jaringan. Jet ini mampu terhubung dengan sistem radar, stasiun darat, dan pesawat lain secara real-time.
Sejak pertama kali diintegrasikan ke dalam Angkatan Bersenjata Thailand pada tahun 2011 hingga 26 Juli, Gripen hanya digunakan untuk latihan, pertunjukan udara, dan patroli perbatasan.
Jet tempur buatan Swedia ini memiliki kemampuan multiperan dan dapat beroperasi dari landasan pacu pendek dan lapangan udara kecil, memberikan fleksibilitas dalam manuver.
Setelah mediasi oleh Malaysia, Kamboja dan Thailand menyepakati gencatan senjata tanpa syarat yang berlaku mulai tengah malam.
Konflik antara kedua negara ini dimulai sejak 23 Juli, dengan saling tuduh sebagai pihak yang memulai agresi.
Thailand menuduh Kamboja mengirimkan drone ke wilayah mereka dan meluncurkan roket ke desa-desa di Distrik Phanom Dong Rak, Surin.
Sebagai respons, Thailand meluncurkan jet tempur F-16 dan menyerang pangkalan militer Kamboja. Sebaliknya, Kamboja mengklaim bahwa Thailand yang memulai serangan terlebih dahulu.
Akibat konflik ini, 32 orang meninggal dunia, 130 terluka, dan lebih dari 200.000 warga di kedua sisi perbatasan terpaksa dievakuasi.