Ukraina Tuduh Rusia Langgar Gencatan Senjata Paskah Ribuan Kali

KYIV – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengecam Rusia atas pelanggaran gencatan senjata Paskah yang diumumkan sendiri oleh Moskow. Zelensky mengklaim telah terjadi 2.935 pelanggaran oleh pasukan Rusia.

Gencatan senjata selama 30 jam itu diumumkan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada hari Sabtu.

Zelensky menegaskan bahwa tindakan Ukraina akan menjadi cerminan dari tindakan Rusia. "Kami akan membalas keheningan dengan keheningan, dan serangan kami akan menjadi pertahanan terhadap serangan Rusia. Tindakan selalu lebih berarti daripada kata-kata," tegas Zelensky melalui aplikasi Telegram.

Menurut data yang disampaikan Ukraina, pasukan Rusia telah meluncurkan 1.882 proyektil ke posisi pasukan Ukraina, termasuk 812 yang menggunakan senjata berat. Selain itu, pasukan Kremlin juga melancarkan 96 operasi penyerangan di sepanjang garis depan dan mengerahkan ratusan drone selama masa gencatan senjata.

Serangan Rusia terpusat di distrik Pokrovsk, wilayah Donetsk, Ukraina timur, yang berbatasan dengan Rusia. Pokrovsk, yang sebelumnya dihuni sekitar 69.000 jiwa, merupakan pusat logistik penting bagi pasukan Ukraina, berkat stasiun kereta api dan lokasinya yang strategis di persimpangan jalan utama.

"Pokrovsk adalah pusat pertahanan yang sangat penting. Jika kita kehilangan Pokrovsk, seluruh garis depan akan runtuh," ujar pakar militer Ukraina, Mykhalo Zhyrokhov.

Serangan udara selama gencatan senjata Paskah juga dilaporkan menewaskan tiga orang di wilayah Kherson, Ukraina selatan.

Sebelumnya, Rusia juga menuduh Ukraina melakukan lebih dari 1.300 serangan selama masa gencatan senjata. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa serangan Ukraina menyebabkan kerusakan infrastruktur dan mengakibatkan kematian warga sipil. Mereka menyebutkan bahwa pasukan Ukraina telah menembaki posisi Rusia sebanyak 444 kali dan melancarkan lebih dari 900 serangan drone. Distrik perbatasan wilayah Bryansk, Kursk, dan Belgorod juga dilaporkan diserang.

"Akibatnya, terjadi kematian dan cedera di antara penduduk sipil, serta kerusakan pada objek sipil," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia. Namun, mereka menegaskan bahwa pasukan Rusia tetap mematuhi rezim gencatan senjata dan bertahan di posisi yang telah diduduki sebelumnya.

Di sisi lain, mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menyatakan harapannya agar Moskow dan Kyiv segera mencapai kesepakatan damai.

"Semoga saja, Rusia dan Ukraina akan mencapai kesepakatan minggu ini. Keduanya kemudian akan mulai berbisnis besar dengan Amerika Serikat, yang sedang berkembang pesat, dan menghasilkan banyak uang!" tulis Trump di platform Truth Social.