Kedatangan Mason Mount ke Manchester United dua tahun lalu memicu ekspektasi tinggi, dengan biaya transfer mencapai Rp 1,3 Triliun. Gelandang Inggris ini diharapkan menjadi salah satu pemain kunci di Liga Inggris.
Sayangnya, cedera menjadi momok yang menghambat kontribusi Mount. Dalam dua musim perdananya, ia hanya tampil 30 kali di Premier League. Padahal, semasa di Chelsea, Mount dikenal jarang cedera dan dipuji atas profesionalismenya oleh pelatih-pelatih ternama.
Erik ten Hag awalnya berharap hal serupa, namun cedera justru mengganggu karirnya di Old Trafford. Walau demikian, performa Mount di akhir musim lalu memberikan secercah harapan. Ia mencetak dua gol dalam kemenangan 4-1 atas Athletic Bilbao di semifinal Liga Europa dan berkontribusi lebih signifikan di akhir musim.
Manajer baru Manchester United, Ruben Amorim, mengungkapkan kekagumannya pada Mount. Amorim melihat Mount sebagai pemain yang menjalani segalanya dengan benar, mulai dari pola makan, kondisi fisik, hingga etos kerja.
Amorim meyakini bahwa dukungan penuh dari klub akan membantu Mount bangkit, meskipun persaingan di lini tengah sangat ketat. Bruno Fernandes masih menjadi pilihan utama, ditambah kedatangan pemain baru seperti Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo menambah sengit persaingan.
Mount sendiri merasa bahwa akhir musim lalu menjadi titik balik positif. Ia menegaskan bahwa kebugarannya sudah jauh membaik dan merasa kembali dalam kondisi ideal. Selama pramusim, kondisi fisiknya stabil, dengan penampilan dari bangku cadangan melawan Leeds United dan West Ham United.
Menghadapi laga melawan Bournemouth dan Everton di Amerika Serikat, Mount bertekad membuktikan kualitasnya. Bagi para penggemar Manchester United, musim ini akan menjadi ujian apakah Mount akhirnya dapat memberikan performa yang diharapkan sejak kedatangannya dua tahun lalu.