Sebuah insiden di Datong, China utara, memicu perdebatan sengit setelah dua petugas kebersihan diperintahkan mencari jam tangan pintar milik seorang turis Tiongkok di antara tumpukan sampah seberat berton-ton.
Kisah bermula ketika seorang wisatawan wanita, yang bepergian bersama anaknya, secara tidak sengaja membuang jam tangan pintar anaknya ke dalam kantong sampah di stasiun kereta api Datong pada awal Juli 2025.
Berkat fitur pelacakan, diketahui bahwa jam tangan tersebut masih berada di area stasiun. Wanita tersebut kemudian menghubungi hotline pemerintah kota untuk meminta bantuan pencarian.
Perusahaan lingkungan milik negara melacak jam tangan tersebut hingga ke kontainer besar berisi delapan ton limbah yang akan dipindahkan ke tempat pembuangan akhir.
Akibatnya, dua petugas kebersihan ditugaskan untuk menyortir sampah dengan tangan kosong di bawah panas terik, dengan suhu melebihi 30 derajat Celcius.
Setelah pencarian lebih dari empat jam, jam tangan tersebut akhirnya ditemukan. Turis tersebut mencoba memberikan imbalan uang, tetapi para petugas kebersihan menolak.
Meskipun pemerintah daerah Datong mengangkat kisah ini sebagai contoh keramahan kota, respons publik justru didominasi oleh kritik. Banyak yang menuduh pejabat menyalahgunakan sumber daya publik dan mengabaikan kesejahteraan pekerja demi barang yang nilainya relatif kecil.
"Tidak masuk akal mereka bersusah payah untuk sesuatu yang hanya bernilai beberapa ratus yuan," tulis seorang warganet.
"Jika saya orang kaya, saya akan membeli jam tangan baru saja," komentar yang lain.
Menanggapi gelombang kritik, pemerintah daerah menjanjikan penghargaan bagi petugas kebersihan yang terlibat dalam penemuan jam tangan tersebut.